Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Hal Penyebab Produk Malaysia Banjiri RI

Kompas.com - 20/06/2011, 14:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Terdapat tiga faktor yang disinyalir bisa menyebabkan naiknya impor produk makanan dan minuman yang signifikan dari Malaysia selama kuartal pertama tahun ini. Demikian disampaikan Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementrian Perdagangan, Deddy Saleh kepada Kompas.com, di DPR, Senin (20/6/2011).

Yang pertama adanya Peraturan Menteri Perdagangan yang mewajibkan verifikasi untuk enam produk, yang salah satunya makanan dan minuman. "Kedua, itu pelabuhannya dibatasi. Kan hanya pelabuhan tertentu yang boleh masuk untuk enam produk ini. Nah dengan adanya pembatasan verifikasi dan pelabuhan. Maka yang selama ini ilegal, sekarang ini masuk ke pelabuhan itu (secara legal)," ungkap Deddy.

Ketiga, ketentuan penggunaan label dalam bahasa Indonesia. Menurutnya hal ini juga mendorong barang-barang menjadi legal. "Sehingga sekarang importir yang biasanya ilegal itu nggak mau lagi. Karena risikonya besar. Maka sekarang masuk secara resmi. Dengan perubahan dari ilegal menjadi ilegal, itu (dapat) mengakibatkan kenaikan impor," tuturnya.

Deddy pun berpendapat, jika benar kenaikan impor tersebut karena verifikasi, maka itu sebenarnya bukan merupakan masalah. Malah dengan menjadi legal, lanjut dia, eksportir Malaysia harus mengeluarkan biaya, seperti bea masuk dan pajak. "Sehingga sebetulnya mengurangi daya saing (dengan produk lokal)," tambahnya.

Ia pun menambahkan, peningkatan impor ini juga dapat dimungkinkan karena pasar Indonesia yang menarik. Apalagi jaraknya cukup dekat. Oleh karena itu, ia berharap kenaikan ini menjadi perhitungan bagi produsen dalam negeri untuk meningkatkan daya saing.

Hal yang perlu diingat pula, lanjutnya, ekspor Indonesia ke Malaysia sebenarnya juga naik. Itu indikasi bahwa produk nasional juga berdaya saing. "Jadi jangan melihat sepihak saja, ini (impor dari Malaysia) terus melonjak. Kita harus melihat kedua sisi, ekspor dan impor. Bahkan harus melihat lebih luas lagi ke negara lain," tambahnya.

Untuk diketahui, selama bulan Januari-Mei 2011 , nilai impor makanan dan minuman dari Malaysia mencapai 20,67 juta dollar AS. Angka tersebut naik 76 persen dari periode yang sama tahun lalu, atau sebesar 11,73 juta dollar AS.

Jumlah itu pun sekitar 23,08 persen dari seluruh impor makanan dan minuman yang mencapai 89,56 juta dollar AS.

Hal ini pun ditanggapi oleh Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia, Franky Sibarani, dengan menyebutkan, banjirnya produk Malaysia karena harganya yang terbilang murah. Negara tetangga ini bisa memberikan harga murah karena mendapatkan fasilitas yang lumayan dari pemerintahnya.

Bahkan, harga gas dan gula bisa lebih murah 25 persen ketimbang harga yang berlaku di Indonesia. Perbankan Malaysia pun turut berperan dengan memberlakukan bunga kredit murah. Dengan itu, beban biaya produksi bisa lebih ringan. Selain itu, biaya logistik juga terbilang murah karena didukung oleh infrastruktur yang memadai.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Konflik Iran-Israel, Kemenhub Pastikan Navigasi Penerbangan Aman

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com