Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Berbagi Pengalaman Krisis

Kompas.com - 10/08/2011, 18:04 WIB

WASHINGTON, KOMPAS.com Mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang kini menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia, berbagi pengalaman krisis di Indonesia kepada dunia Arab atau Timur Tengah yang saat ini masih dilanda kekisruhan politik dan sosial.

Sri Mulyani berpendapat, kekisruhan di Timur Tengah merupakan masa transisi yang hampir sama dengan Indonesia sehingga bisa menjadi kesempatan baik untuk menyelesaikan beragam masalah di kawasan itu.

"Masa transisi juga membawa kesempatan baik. Pada tahun 1990-an, saya adalah salah satu warga Indonesia yang menuntut dan kemudian merayakan berakhirnya kepemimpinan otoriter Soeharto. Saya bergabung dalam pemerintahan baru setelah dia mundur," ungkap Sri.

"Banyak pengamat yang mengira bahwa Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, tidak akan mampu mempertahankan demokrasinya dan akan berakhir porak-poranda," ujarnya dalam sebuah esai yang dilansir situs resmi Bank Dunia di Washington DC, Rabu (10/8/2011).

Menurut Sri Mulyani, tugas yang diemban kami sangat berat. Namun, kami berhasil membuktikan sebaliknya, sekaligus memetik pelajaran berharga.

"Mungkin yang terpenting, kami belajar bahwa tidak ada satu-solusi-untuk-semua dalam membangun demokrasi. Negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara kelak akan menghadapi tantangan unik, yang perlu ditanggapi dengan cara mereka sendiri. Kendati demikian, mereka perlu meninggalkan masa lalu, baik secara nyata maupun simbolis. Para pejabat pemerintah baru juga perlu mensinyalir bahwa cara-cara lama sudah berakhir," paparnya.

Menurut Sri, perubahan perlu dimanifestasikan secara formal, dengan undang-undang baru yang disosialisasikan secara luas. Undang-undang yang mampu menjamin kebebasan berekspresi, pemilihan umum yang bebas dan independen, dan keleluasaan berasosiasi menjadi sangat krusial. Masyarakat juga harus memahami bahwa tidak ada seorang pun yang kebal hukum. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi, kelancaran masa transisi akan terancam.

"Lebih dari itu, korupsi adalah akar dari kehancuran pembangunan di mana pun, dan untuk itu pemerintahan baru harus bekerja cepat untuk membangun lembaga dan prosedur untuk melawannya," ungkapnya.

"Transparansi dan akuntabilitas adalah dua konsep penting yang nyaris didukung secara universal. Karena itu, para pemimpin baru tidak boleh mudah menyerah ketika perjuangan untuk mempertahankan transparansi dan akuntabilitas menjadi semakin berat," tandas Sri Mulyani.

Ia menambahkan, organisasi masyarakat sipil, masyarakat lokal, wakil kelompok miskin dan rentan, serta kaum perempuan juga memainkan peran penting, dan karena itu seyogianya dilibatkan di tiap tahap pengambilan keputusan.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com