Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Masih Diperdaya Asing

Kompas.com - 18/08/2011, 23:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi menyatakan, Indonesia pada dasarnya masih diperdaya asing meski telah merdeka selama 66 tahun, terutama dalam bidang ekonomi.

Melalui bermacam cara dan bentuk, kata Sofyan di Jakarta, Rabu, pihak asing terus berupaya mempertahankan kepentingannya di negara ini.

"Indonesia merdeka sudah 66 tahun, tetapi masih dijajah (pihak) asing. Itu tandanya kita masih bodoh. Tentu menjadi tugas pemerintah kita untuk mengatasi hal itu," katanya.

Ia mencontohkan, ditandatanganinya perjanjian di Oslo, Norwegia, tahun lalu, yang mewajibkan Indonesia mengurangi emisi karbon dengan iming-iming hibah sebesar 1 miliar dollar AS jika berhasil.

Akibatnya, kata dia, dalam setahun perjanjian Oslo, praktis tidak ada keuntungan apa pun yang diperoleh Indonesia. Lahan tidur tidak dapat didayagunakan, padahal sebenarnya bisa menyerap jutaan tenaga kerja.

Sebaliknya, Norwegia dan negara maju lainnya dengan seenaknya memproduksi emisi karbon dalam jumlah yang besar melalui industri mereka.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik, misalnya, Norwegia menggunakan tenaga batu bara sebesar sembilan persen, sementara Indonesia hanya satu persen. Padahal, pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan salah satu penghasil emisi karbon terbesar.

"Perjanjian Oslo sejak awal memang sudah bermasalah. Norwegia sendiri justru menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih besar dibanding Indonesia," katanya.

Ekonom Drajad Wibowo juga berpendapat senada. Menurut Drajad, perjanjian Oslo yang telah ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan selanjutnya menerbitkan moratorium hutan merupakan upaya negara maju untuk terus memperdaya Indonesia.

"Perjanjian Oslo hanya akan menguntungkan Norwegia dan negara Eropa lainnya," katanya.

Menurutnya, jika mau adil, maka seharusnya negara maju yang lebih dulu mengurangi emisi, bukan negara berkembang seperti Indonesia.

Dia mengatakan, 66 tahun kemerdekaan Indonesia merupakan momentum yang selayaknya tidak disia-siakan pemerintah, apalagi kepentingan pihak asing di Indonesia dalam jangka 50 tahun ke depan akan semakin nyata.

"Perkebunan sawit dan karet Indonesia adalah andalan di dunia. Kalau pemberdayaan lahan saat ini bisa dilipatgandakan, peluang untuk menguasai pasar minyak dan karet dunia pada masa mendatang sangat terbuka bagi Indonesia," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com