Saein, pria asal Desa Bukateja, Kecamatan Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah, ini tak sekadar bicara. Menyandang gelar sarjana Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), rutinitas sebagai peneliti di laboratorium dilakoninya saat menjadi anggota staf pada Balai Penelitian Padi Sukamandi, Jawa Barat, 1995.
”Kala itu saya bertanya kepada diri sendiri, apakah yang saya teliti ini akan membawa perubahan bagi masyarakat? Ketika melihat fakta jutaan petani semakin resah dengan kehidupan yang tak kunjung membaik, saya merasa laboratorium bukanlah tempat saya,” katanya.
Ia lalu mengundurkan diri sebagai peneliti. Sempat membantu beberapa riset pertanian Lembaga Pengendalian Hama Terpadu (PHT) IPB di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dan Brebes, Jawa Tengah, pada 1996-1998, Saein kembali ke kampung halaman pada 1999. Ia bertani dan mendedikasikan ilmunya kepada petani di Purbalingga.
Lahir dari orangtua yang juga petani, Saein merasa resah melihat kesejahteraan sesamanya tak jua terjamin. Dari pengalaman bergaul dan berorganisasi dalam berbagai kelompok tani, ia temukan jawabnya.
”Petani Indonesia terkurung dalam kesenjangan teknologi, yang akhirnya dikomersialisasi oleh segelintir pemodal guna mengeruk keuntungan,” katanya.
Berbekal teori di bangku kuliah, pengalaman menjadi peneliti dan riset lapangan, Saein mulai melakukan hal-hal sederhana. Ia membagikan ilmunya dengan mengembangkan pertanian ramah lingkungan. Lewat Kelompok Tani Gemah Ripah Desa Bukateja, ia mengajak petani mulai mengurangi penggunaan bahan kimia.
Mereka memanfaatkan mikroba akar bambu yang diolah sedemikian rupa dengan bekatul, gula, nira, terasi, dan kapur sirih menjadi pupuk hayati yang bermanfaat memacu pertumbuhan tanaman dan mencegah penyakit.
Untuk mengatasi hama penyakit, Saein mengajari petani cara alamiah dengan pestisida nabati, yakni memanfaatkan umbi gadung, kulit kayu semboja (kemboja), tembakau, biji dan daun mimba, biji sirsak, akar tuba, buah kecubung, bunga krisan, bratawali, sambilata, buah maja, cuka, arang sekam, abu, serta kapur. Semua bahan itu dihaluskan, dicampur air dengan persentase tertentu, lalu disemprotkan ke tanaman.