Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pertanian Ramah Lingkungan dari Purbalingga

Kompas.com - 26/08/2011, 03:06 WIB

Oleh Gregorius Magnus Finesso

Suatu riset tak akan bermanfaat jika berkutat dalam dimensi yang tersekat dari masyarakat. Berbekal prinsip inilah Saein ”memindahkan” laboratoriumnya ke tengah sawah dan memilih bergumul di tengah keseharian petani yang butuh solusi konkret. 

Saein, pria asal Desa Bukateja, Kecamatan Bukateja, Purbalingga, Jawa Tengah, ini tak sekadar bicara. Menyandang gelar sarjana Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), rutinitas sebagai peneliti di laboratorium dilakoninya saat menjadi anggota staf pada Balai Penelitian Padi Sukamandi, Jawa Barat, 1995.

”Kala itu saya bertanya kepada diri sendiri, apakah yang saya teliti ini akan membawa perubahan bagi masyarakat? Ketika melihat fakta jutaan petani semakin resah dengan kehidupan yang tak kunjung membaik, saya merasa laboratorium bukanlah tempat saya,” katanya.

Ia lalu mengundurkan diri sebagai peneliti. Sempat membantu beberapa riset pertanian Lembaga Pengendalian Hama Terpadu (PHT) IPB di Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dan Brebes, Jawa Tengah, pada 1996-1998, Saein kembali ke kampung halaman pada 1999. Ia bertani dan mendedikasikan ilmunya kepada petani di Purbalingga.

Lahir dari orangtua yang juga petani, Saein merasa resah melihat kesejahteraan sesamanya tak jua terjamin. Dari pengalaman bergaul dan berorganisasi dalam berbagai kelompok tani, ia temukan jawabnya.

”Petani Indonesia terkurung dalam kesenjangan teknologi, yang akhirnya dikomersialisasi oleh segelintir pemodal guna mengeruk keuntungan,” katanya.

Berbekal teori di bangku kuliah, pengalaman menjadi peneliti dan riset lapangan, Saein mulai melakukan hal-hal sederhana. Ia membagikan ilmunya dengan mengembangkan pertanian ramah lingkungan. Lewat Kelompok Tani Gemah Ripah Desa Bukateja, ia mengajak petani mulai mengurangi penggunaan bahan kimia.

Mereka memanfaatkan mikroba akar bambu yang diolah sedemikian rupa dengan bekatul, gula, nira, terasi, dan kapur sirih menjadi pupuk hayati yang bermanfaat memacu pertumbuhan tanaman dan mencegah penyakit.

Untuk mengatasi hama penyakit, Saein mengajari petani cara alamiah dengan pestisida nabati, yakni memanfaatkan umbi gadung, kulit kayu semboja (kemboja), tembakau, biji dan daun mimba, biji sirsak, akar tuba, buah kecubung, bunga krisan, bratawali, sambilata, buah maja, cuka, arang sekam, abu, serta kapur. Semua bahan itu dihaluskan, dicampur air dengan persentase tertentu, lalu disemprotkan ke tanaman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Bos Bulog Sebut Hanya Sedikit Petani yang Manfaatkan Jemput Gabah Beras, Ini Sebabnya

Whats New
Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Emiten Gas Industri SBMA Bakal Tebar Dividen Rp 1,1 Miliar

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Citi Indonesia Tunjuk Edwin Pribadi jadi Head of Citi Commercial Bank

Whats New
OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com