Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Air Laut Diolah untuk Air Minum

Kompas.com - 04/09/2011, 14:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Untuk mengatasi krisis air, Kementerian Kelautan dan Perikanan mengembangkan teknologi pengolahan air laut dalam (ALD) untuk dikemas menjadi air mineral dan dipasarkan dalam botol. Air minum olahan itu melalui proses desalinasi.

Berdasarkan hasil penelitian Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dalam siaran pers, Minggu (4/9/2011), beberapa lokasi perairan di Indonesia sangat potensial untuk pengembangan industri air mineral dari air laut dalam. Beberapa lokasi itu meliputi Nusa Penida dan Gondol, Provinsi Bali, Selat Lombok dan perairan sekitar Pulau Biak, perairan di sekitar Pelabuhan Ratu, Provinsi Jawa Barat.

Selain itu, perairan sekitar Ujung Pandang, di Sulawesi Selatan, Perairan Bima dan Dompu di Nusa Tenggara Barat, serta perairan Kupang di Nusa Tenggara Timur. Sekitar 70 persen wilayah Indonesia merupakan perairan dengan total luas wilayah perairan yakni 5,8 juta kilometer persegi.

"Penyediaan air mineral laut dalam merupakan suatu kegiatan yang bersifat strategis untuk mengantisipasi kemungkinan krisis air bersih di masa mendatang," ujar Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad. Fadel juga melakukan peninjauan pabrik air mineral PT Omega Tirta Kyowa di Serangan, Bali, Sabtu (3/9/2011), yang mengolah air laut menjadi air mineral.  

Air laut dalam dengan kandungan mineralnya setelah diolah dengan proses desalinasi, sangat penting dan bermanfaat untuk suplai air bersih bagi kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh manusia.

Proses desalinasi air laut juga akan menghasilkan garam berkualitas tinggi untuk berbagai kegunaan, yaitu untuk budidaya perikanan, pertanian, bahan kosmetik, obat-obatan, serta sebagai pendingin ruangan.     

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com