Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuota Tangkap Ikan Tuna Naik

Kompas.com - 21/10/2011, 17:42 WIB
Brigita Maria Lukita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia memperoleh peningkatan kuota tangkapan tuna sirip biru selatan dari 651 ton menjadi 685 ton pada tahun 2012. Pada tahun 2014, tangkapan untuk jenis tuna termahal itu kembali ke kuota awal nasional sebesar 750 ton.           

Hal itu dikemukakan Agus Budiman, Ketua Delegasi RI untuk Pertemuan Tahunan Ke-18 Komisi untuk Konservasi Tuna Sirip Biru Selatan (CCSBT), di Jakarta, Jumat (21/10/2011).

Pertemuan CCSBT digelar tanggal 10-13 Oktober 2011 di Bali menyepakati kenaikan kuota tangkapan tuna. CCSBT terdiri atas enam negara anggota tetap, yakni Jepang, Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, India, dan Taiwan, serta tiga anggota tidak tetap, yaitu Filipina, Afrika Selatan, dan Eropa.

Harga tuna sirip biru berkisar 2000 yen-6000 yen per kilogram (kg), atau tergolong paling mahal untuk jenis tuna. Pasar utama tuna sirip biru adalah ke Jepang dan Amerika Serikat. Kuota Indonesia untuk tuna sirip biru selatan periode 2012-2014 naik bertahap, yakni tahun 2012 sebesar 685 ton, tahun 2013 yakni 707 ton, dan tahun 2014 menjadi 250 ton.

Tahun 2009, Indonesia pernah mendapat kuota tuna sirip biru sebesar 750 ton, namun kuota itu terus merosot seiring menurunnya stok dunia. Tahun 2011, kuota tuna sirip biru selatan sebesar 651 ton, atau sama dengan tahun lalu 651 ton.    

Jumlah kapal penangkap tuna sirip biru di Indonesia berkisar 200 unit. Kapal penangkap tuna masih didominasi kapal kecil dengan panjang di bawah 20 meter dan tidak dilengkapi sistem pendingin. Hingga saat ini, komposisi hasil tangkapan tuna longline di Indonesia masih didominasi jenis tuna sirip kuning (yellowfin), dan tuna mata besar (big eye). Sedangkan, tuna sirip biru masih menjadi hasil tangkapan sampingan.          

"Pengelolaan tangkapan tuna yang tidak hati-hati dapat berdampak menurunkan stok dan Indonesia terancam mengalami penurunan kuota," lanjut Agus. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com