Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Terusik Pencemaran dari PLTP Lahendong

Kompas.com - 09/11/2011, 03:36 WIB

Manado, Kompas - Warga di Kelurahan Lahendong, Tondangow, dan Pangolombian, Kecamatan Tomohon Selatan, mengadu ke DPRD Kota Tomohon, Sulawesi Utara, atas pencemaran lingkungan menyusul beroperasinya pembangkit listrik tenaga panas bumi di daerahnya.

John Paransi (47), warga Pangolombian di Tomohon, Selasa (8/11), mengatakan, sejak PLTP Lahendong beroperasi pada 2005, telah terjadi pencemaran yang merugikan sekitar 10.000 warga. Tanaman padi dan sayur menjadi kering dan tidak dapat tumbuh lagi.

”Kami merasakan pencemaran setelah PLTP itu beroperasi. Saya menduga ini berasal dari uap panas yang dikeluarkan PLTP ,” katanya. Warga Lahendong, Tondangow, dan Pangolombian berada pada radius 50 sampai 100 meter dari PLTP.

Lahendong AB Turangan dari Humas PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) mengatakan, pengaduan warga atas dugaan pencemaran telah mereka sampaikan kepada konsultan lingkungan Universitas Sam Ratulangi, Manado, untuk dilakukan penelitian.

”Sejumlah sampel, seperti tanaman, tanah, dan air, telah diambil untuk diteliti. Mudah-mudahan dalam dua pekan sudah ada hasil,” katanya sembari menyebutkan, hasil penelitian menjadi acuan untuk melakukan tindakan.

PLTP Lahendong memiliki sembilan sumur produksi dan dua sumur injeksi untuk menyuplai uap. PLTP unit 1 dengan kapasitas 20 megawatt sudah beroperasi sejak Agustus 2001, sementara unit 2 dan 3 telah beroperasi sejak 2009.

Anggota DPRD Kota Tomohon, Paulus Sembel, mengatakan, pengaduan warga atas pencemaran telah disampaikan sejak tahun lalu. ”Kami akan mengadvokasi warga hingga masalah ini tuntas,” katanya.

Warga juga mengeluhkan atap seng cepat bocor dan air selokan berwarna coklat. Atap seng warga hanya bertahan dua tahun, sebelumnya hingga belasan tahun.

Kepada DPRD John Paransi mengungkap beberapa indikasi pencemaran, yakni ikan sayok dan ikan komo yang sudah menghilang dari danau. ”Tahun 2000 kedua jenis ikan itu cukup banyak di Danau Linow,” katanya.(ZAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com