BANDUNG, KOMPAS.com - Deputi Kepala Badan Pusat Statistik Bidang Neraca dan Analisis Statistik, Slamet Sutomo, menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia didorong oleh sektor non-tradable (sektor ekonomi yang tidak dapat diperdagangkan seperti sektor keuangan dan jasa). Ini menjadi tidak wajar karena Indonesia adalah negara yang berbasis sumber daya alam.
"Mestinya (sektor) tradable itu di atas pertumbuhan (Produk Domestik Bruto) rata-rata," ujar Slamet dalam workshop wartawan yang diselenggarakan oleh BPS, di Bandung, Sabtu ( 26/11/2011 ). Sektor tradable ini meliputi sektor pertanian, pertambangan dan industri. Menurut dia, tren ini telah terjadi sejak lama. Namun, ia tidak bisa menyebutkan sejak kapan itu terjadi.
Hanya menurut rentang waktu data yang disajikannya yakni sejak tahun 2001, pertumbuhan sektor non tradable selalu berada di atas pertumbuhan PDB. Data tahun 2010 , pertumbuhan PDB hanya 6,1 persen, sedangkan sektor non tradable bisa tumbuh 8,19 persen. Sementara itu, pada tahun yang sama, sektor tradable hanya tumbuh 2,86 persen.
Kondisi ini tidak sesuai dengan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, khususnya sumber daya di sektor pertanian.
Sebagai akibatnya, terjadi kesenjangan pendapatan antara masyarakat golongan bawah, khususnya petani, dengan golongan atas.
"Hanya kenapa terjadi kesenjangan (pendapatan), pertumbuhan ekonomi yang menggerakkan sekarang 'kan non-tradable," tambah Slamet. Maksudnya, pertumbuhan pendapatan masyarakat yang mempunyai sumber daya non-tradable lebih tinggi ketimbang para petani yang punya sumber daya tradable.