Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Waspadai Kondisi Ekonomi Global

Kompas.com - 29/11/2011, 08:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dampak krisis ekonomi Eropa yang semakin meluas membuat pemerintah semakin waspada akan ancaman krisis ekonomi. Makanya, pemerintah menekankan pentingnya pemberdayaan ekonomi domestik dan menjaga keseimbangan anggaran negara.

Wakil Menteri Keuangan Mahendra Siregar mengatakan Indonesia harus mengantisipasi perkembangan perekonomian Eropa dan perekonomian global. Sebab, "Kita lihat (perkembangan perekonomian global) ini kan sangat cepat dan mengkhawatirkan," ujarnya Senin (28/11/2011).

Ia menjelaskan, di satu sisi kondisi Indonesia memang lebih baik ketimbang negara lain. Tapi, di sisi lain Indonesia harus mewaspadai kondisi di pasar global, terutama di pasar modal, pasar keuangan, pasar obligasi dan sektor riil.

Mahendra menjelaskan, dalam beberapa minggu terakhir di tahun ini, pemerintah harus bersiap untuk memasuki tahun 2012 pemerintah akan fokus untuk menjaga ketahanan ekonomi nasional di semua sektor tersebut. "Sektor riilnya yang lebih antisipatif lagi, untuk kesiapan menghadapi perkembangan yang kurang menggembirakan," kata Mahendra.

Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa menambahkan meski Indonesia memiliki pengelolaan fiskal dan moneter yang cukup baik, tapi Indonesia tetap harus waspada. "Karena bagaimanapun juga dalam sistem ekonomi global yang terintegrasi ini, satu persoalan di belahan dunia Eropa dan Amerika Serikat akan menimbulkan dampak (terhadap ekonomi global) cepat atau lambat," ujarnya.

Hatta mengungkapkan, dari berbagai saluran yang ada, yang perlu diwaspadai adalah melalui ekspor. Meski di tahun 2011 masih belum ada tanda-tanda penurunan ekspor yang tajam, tapi Hatta bilang yang perlu diwaspadai adalah penurunan ekspor di tahun 2012. Pasalnya, "Tahun 2012 diperkirakan pertumbuhan ekonomi China turun, sehingga impornya juga turun," jelasnya. Dengan kata lain, jika impor China turun, maka ekspor Indonesia ke China juga terancam.

Nah, untuk mengompensasi penurunan ekspor ini, Hatta bilang ke depan yang perlu dibenahi adalah pasar domestik dan peningkatan daya saing di dalam negeri. "Kuncinya ada di logistik untuk meningkatkan daya saing di dalam negeri," ungkapnya.

Ia mengakui, selama ini daya saing pasar Indonesia masih sangat rendah karena biaya logistik yang sangat tinggi. Hatta mencontohkan, di Jepang dan Singapura biaya logistik hanya sebesar 4% dari total biaya produksi. Sedangkan di Indonesia, biaya logistik membebani ongkos produksi hingga 14 persen -15 persen. "Ini kita harus habis-habisan. Kalau perlu kita akan berikan insentif," kata Hatta.

Nah, belajar dari krisis yang dialami beberapa negara Eropa di mana pangkal permasalahannya adalah utang, Hatta bilang ke depan ekonomi Indonesia harus berhati-hati dalam kebijakan anggaran. "Kita harus betul-betul prudent dalam arti bahwa kita menjaga jangan sampai defisit anggaran kita itu tinggi dan dibiayai oleh utang. Ke depan kita harus mengurangi utang," jelas Hatta. (Herlina KD/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

Spend Smart
Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

Spend Smart
Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

Spend Smart
Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

Whats New
Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

Whats New
Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

Whats New
Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

Whats New
Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

Whats New
Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

Whats New
Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

Whats New
Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

Whats New
Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

Whats New
Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com