Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Karet Melorot

Kompas.com - 22/12/2011, 03:16 WIB

PALEMBANG, KOMPAS - Harga karet di tingkat petani di Sumatera Selatan menurun 17-50 persen selama dua bulan terakhir. Kondisi tersebut akibat berkurangnya permintaan dari Amerika Serikat dan Eropa menyusul krisis ekonomi di kawasan tersebut. Kini, para petani terjerat utang pada tengkulak.

Di Kabupaten Musi Banyuasin, harga karet di tingkat petani saat ini Rp 10.000 per kilogram (kg), padahal dua bulan lalu sebesar Rp 15.000 per kg. Setahun lalu, harga karet di tingkat petani masih Rp 20.000 per kg. ”Tahun ini harga karet terus turun, tapi dua bulan ini yang terparah,” kata Herman (56), Kepala Dusun IV, Desa Pandan Dulang, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (21/12).

Sementara itu, di Kecamatan Gelumbang, Kabupaten Muara Enim, harga karet di tingkat petani dari lelang terakhir pada 15 Desember 2011 sebesar Rp 16.450 per kg. Padahal, harga dua bulan yang lalu Rp 20.000 per kg.

Ketua Gabungan Pengusaha Karet Indonesia Sumsel Alex Kurniawan Eddy menjelaskan, penurunan harga karet merupakan dampak dari krisis ekonomi berkepanjangan di Eropa dan Amerika Serikat. Bahkan, harga di pasar internasional pun turun dari 3,5 dollar AS jadi 3,3 dollar AS per kilogram. ”Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena berdampak buruk bagi perekonomian masyarakat Sumsel yang banyak mengandalkan karet,” jelas Eddy.

Turunnya harga karet membuat pendapatan petani merosot 25-50 persen. Akibatnya, banyak petani dan buruh karet terpaksa berutang kepada tauke (tengkulak) guna menambah biaya hidup harian keluarga.

Menurut Herman, utang biasanya dilakukan setiap transaksi jual beli karet. Petani membayar utang dengan getah karet. Utang itu membuat daya tawar petani dalam penentuan harga kian lemah. ”Kalau sudah terjerat utang kepada tauke, kami tak punya pilihan dan harus menurut harga yang ditentukan tauke. Padahal selisih harga tauke dengan yang berlaku di pasaran bisa Rp 3.000 per kg,” katanya.

Luas perkebunan karet di Sumsel 662.685 hektar, yang meliputi 614.021 hektar perkebunan rakyat dan 24.007 hektar perkebunan swasta, serta 21.741 hektar milik negara. Total petani karet di daerah itu sekitar 1,5 juta orang dengan volume produksi 515.965 ton per tahun.

Di Semarang dilaporkan, volume produksi kopi robusta di Jawa Tengah tahun 2011 ini hanya 10.000-12.000 ton dibanding tahun 2010 sekitar 25.000 ton. Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (Apeki) Jateng, Imam Sardjo, mengemukakan, penurunan dipicu buruknya cuaca. Normalnya produksi kopi 1.300 kg per hektar, tapi kini 900 -1.000 kg per hektar.

”Petani dapat penghasilan bagus pada Juni– Juli, saat itu produksi bisa mencapai 1.300 per kg. Produksi tinggi itu juga didukung harga kopi robusta yang bagus di pasaran. Harga ketika itu masih sebesar Rp 23.000 per kilogram,” kata Imam Sardjo. (IRE/WHO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com