Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indeks: Alat Evaluasi Strategi Investasi

Kompas.com - 28/12/2011, 10:28 WIB

KOMPAS.com - Menjelang pergantian tahun merupakan saat yang tepat untuk melakukan review atas semua aktivitas yang sudah dilakukan sepanjang tahun, termasuk aktivitas investasi. Berbagai kejadian baik positif maupun negatif pada akhirnya akan berimbas pada tingkat imbal hasil (return) investasi yang diperoleh oleh investor.

Berbagai pertanyaan kritis perlu dijawab agar investor benar-benar mengetahui apakah investasi yang ditanamkan telah berjalan efektif atau sebaliknya.

Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan antara lain: Apakah imbal hasil investasi saya sudah cukup memadai? Seberapa efektifkah strategi investasi yang sudah dijalankan? Dari jawaban-jawaban yang diperoleh, investor akan tahu bahwa strategi investasinya masih berada di jalur yang benar atau tidak. Dengan demikian investor akan memiliki dasar yang kuat untuk mengambil keputusan investasi yang lebih baik di masa mendatang.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu tentunya dibutuhkan suatu tolok ukur atau acuan yang obyektif sebagai pembanding terhadap tingkat imbal hasil dari kegiatan investasi yang sudah dijalankan.

Satu diantara alat ukur pembanding yang obyektif, tersedia di pasar dan dapat diakses oleh investor adalah indeks. Ya indeks, marilah kita bahas lebih dalam mengenai indeks dalam kaitannya dengan investasi.

Mengenal Indeks

Di dunia pasar modal dan keuangan kita mengenal istilah indeks harga saham, meski sebenarnya indeks bukanlah dimonopoli oleh pasar saham saja tetapi juga digunakan di berbagai pasar lain seperti pasar obligasi maupun pasar valas. Hal ini sebenarnya tidak mengherankan karena indeks pertama yang digunakan di bidang keuangan dan pasar modal memang indeks harga saham.

Adalah Charles H. Dow, seorang wartawan rubrik keuangan, yang menjadi orang pertama dalam memperkenalkan penggunaan indeks untuk memantau harga saham Amerika di tahun 1896. Indeks yang diperkenalkannya adalah cikal bakal dari indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA), sebuah indeks harga saham yang banyak diacu oleh para pelaku keuangan dunia hingga saat ini.

Indeks sendiri adalah indikator statistik yang menunjukan besar kecilnya perubahan dari suatu obyek tertentu. Indeks harga saham akan memberikan gambaran mengenai besar kecilnya perubahan harga di pasar saham dalam suatu periode tertentu. Gambaran mengenai seberapa besar pasar obligasi bergerak naik atau turun juga dapat diperoleh dengan mengamati besar kecilnya perubahan angka indeks harga obligasi.

Sebuah angka indeks dihasilkan dari serangkaian perhitungan yang mengkaitkan antara harga-harga hari ini dengan harga di hari sebelumnya, sehingga diperoleh gambaran bahwa harga hari ini lebih tinggi atau lebih rendah dibanding hari sebelumnya.

Biasanya nama indeks menjelaskan banyaknya instrumen keuangan yang diikutkan dalam perhitungan indeks tersebut, sebagai contoh perhitungan Indeks Harga Saham LQ45 yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia beranggotakan 45 saham yang dianggap paling likuid di bursa saham, dan Indeks Harga Saham Kompas100 merupakan hasil perhitungan dari 100 saham yang dianggap paling menggambarkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com