Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencicip Gurihnya Ayam Bakar dan Steik dari Magelang

Kompas.com - 10/01/2012, 14:55 WIB

KOMPAS.com - Bagi kebanyakan orang Indonesia, makanan olahan ayam sudah menjadi menu pilihan yang akrab di lidah. Tengok saja, hampir di setiap sudut jalan terdapat warung makan menjajakan menu ayam.

Kendati tempat makan yang menjajakan menu ayam berjibun, toh penggemar ayam terus bertambah. Malah, usaha makanan berbahan ayam kian menjamur, termasuk berbagai tawaran waralaba ayam. Salah satu tawaran waralaba datang dari Nareswari Group, pemilik usaha Ayam Bakar & Steak Madukoro. Sejak 2008 lalu, perusahaan berbasis di Magelang, Jawa Tengah ini mulai menawarkan waralaba ayam bakar dan steiknya.

Kini, sudah ada lima mitra yang bergabung, yakni mitra dari Magelang, Yogyakarta, Semarang, dan Banjarmasin. Probho Sidhi Asmoro, pemilik Nareswari Group bilang, tawaran waralaba itu merupakan pengembangan dari merek dagang yang dimiliki sebelumnya, yakni ayam bakar Larasati & Java Steak. Yang membedakan, jika Ayam Bakar Larasati & Java Steak menggunakan konsep mini resto, Madukoro lebih sederhana karena berkonsep warung tenda dan kaki lima.

Bagi Anda yang tertarik menjadi mitra, Nareswari Group mengutip biaya investasi Rp 70 juta, dengan memungut biaya royalti fee 2 persen. Biaya sebesar itu meliputi franchise fee Rp 40 juta untuk masa kerja sama lima tahun, dan Rp 30 juta sisanya untuk pengadaan bahan baku awal dan peralatan dagang.

Pilihan menunya sendiri cukup beragam. Di gerai Madukoro ini terdapat 12 menu ayam dan 10 menu steik, lengkap dengan bumbu-bumbu rempah yang memperkaya variasi rasa makanan. "Harga makanan relatif terjangkau, dari Rp 8.000 sampai Rp 20.000 per porsi," jelasnya.

Setahun balik modal

Kepada para mitranya, Probho menjanjikan omzet sebesar Rp 2 juta per hari. Sementara dalam sebulan omzet mencapai Rp 60 juta. Adapun laba bersih sekitar 10 persen dari omzet. Dengan laba bersih sebesar itu, "Mitra sudah bisa balik modal dalam setahun," jelas lelaki 33 tahun ini.

Probho mengakui, persaingan bisnis kuliner ayam dan steik sudah sangat ketat. Kendati begitu, ia yakin bisnis ini tak akan redup. "Kami membidik semua kalangan, menengah atas maupun bawah," ucapnya.

Probho mengaku tidak memiliki target khusus untuk waralaba miliknya ini. Tetapi, ia berharap brand Madukoro bisa dikenal secara luas, bukan hanya di Magelang dan sekitarnya saja. "Harapannya brand ini kelak dikenal seluruh Indonesia dan menjadi salah satu ikon makanan nasional," ujarnya.

Anang Sukandar, Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) menyarankan, calon mitra yang akan bergabung dengan Madukoro, mempelajari lagi potensi serta keunikan Madukoro, dibanding dengan pemain lain. "Saya kira bisnis kuliner ayam sangat umum, keunikan bisa jadi nilai tambah," ujarnya. (Fahriyad/Kontan)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com