Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Tahun Ini Bisa Satu Digit

Kompas.com - 04/02/2012, 03:27 WIB

Jakarta, Kompas - Bank Indonesia optimistis, rata-rata suku bunga dasar kredit dapat mencapai satu digit (single digit) atau di bawah 10 persen pada tahun ini. Angka itu berlaku untuk semua kelompok, baik kredit korporasi, ritel, maupun konsumer.

Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia (BI) Wimboh Santoso memaparkan hal itu saat ditanya wartawan tentang posisi terakhir suku bunga dasar kredit (SBDK). ”Kalau SBDK untuk semua bank sudah single digit, hanya variasinya dari satu bank dengan bank lain, kan, beda,” kata Wimboh di Jakarta, Jumat (3/2).

BI mewajibkan bank yang memiliki aset Rp 10 triliun atau lebih memublikasikan SBDK mulai 31 Maret 2011. SBDK yang dipublikasikan melalui situs web tiap-tiap bank dan pengumuman di kantor bank tersebut berlaku untuk kredit korporasi, ritel, dan konsumer.

BI bahkan menyatakan akan mengecek soal perhitungan SBDK yang disampaikan bank kepada BI. Dengan demikian, BI dapat mengetahui bank mana saja yang ternyata tidak efisien dalam menghitung unsur SBDK.

SBDK belum memperhitungkan premi risiko, yang besarnya berbeda-beda untuk setiap debitor. Oleh karena itu, suku bunga kredit yang harus ditanggung debitor selalu lebih besar dari SBDK.

Menurut Wimboh, sebenarnya tren penurunan SBDK sudah mulai terjadi pada bulan April hingga Juli, yakni masa sosialisasi publikasi SBDK. ”Detailnya nanti setiap bulan akan diperbarui,” kata Wimboh.

Saat ditanya mengenai target penurunan suku bunga, Wimboh menyatakan, penurunan suku bunga menjadi perhatian BI. Namun, BI menyadari bahwa perhitungan setiap bank tidak sama.

Pada Januari lalu, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah menyatakan, kebijakan mengumumkan SBDK berhasil menekan suku bunga kredit korporasi. Kredit korporasi yang pada Maret 2011 sebesar 10,51 persen turun menjadi 10,36 persen pada November 2011.

Penurunan secara signifikan juga terjadi pada kredit pemilikan rumah (KPR). Namun, SBDK kredit konsumer non-KPR justru naik. SBDK untuk kredit ritel cenderung konstan.

Kemarin, saat ditanyakan mengenai sulitnya SBDK untuk kredit ritel turun, Wimboh mengakui, kredit ritel membutuhkan biaya yang lebih tinggi. Akibatnya, suku bunga yang ditanggung menjadi lebih mahal.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com