Batam, Kompas -
Direktur Utama PT PLN Batam Dadan Koerniadipoera mengatakan, dari Rp 3,3 triliun itu telah terpakai Rp 504 miliar pada tahun 2011. Tahun ini, direncanakan investasi sebesar
Dana itu berasal dari internal PLN Batam dan pinjaman dari perusahaan induk, PT PLN Indonesia. Tahun lalu, PLN Batam mendapatkan kucuran Rp 350 miliar dari PT PLN Indonesia. ”Sifatnya pinjaman dengan bunga komersial. Namun, prosedurnya lebih mudah dibandingkan dengan pinjaman dari luar perusahaan,” tutur Dadan.
Dari seluruh investasi, dana Rp 2,28 triliun untuk membangun empat pembangkit berdaya total 239 megawatt (MW). Di luar pembangkit PLN Batam, ada pula tiga pembangkit swasta yang sedang dan akan dibangun di Batam. ”Saat ini sedang berlangsung pembangunan pembangkit Panaran milik PLN Batam dan pembangkit Tanjung Kasam milik swasta,” ungkapnya.
Dengan tambahan pembangkit-pembangkit itu, cadangan listrik wilayah Batam, Rempang, dan Galang meningkat dua kali lipat pada 2015. Tahun lalu, PLN Batam mempunyai daya mampu 314 MW. Sementara itu, pada 2015 ditargetkan jadi 624 MW.
Direktur Teknik PLN Batam Fahmi El Amruzi mengatakan, saat ini PLN Batam tengah membangun pembangkit Panaran berdaya total 24 MW. Tahun depan, direncanakan pembangunan pembangkit Tanjung Uncang berdaya total 105 MW.
PLN Batam menargetkan menyeimbangkan komposisi listrik dari pembangkit internal dan pembangkit swasta. Saat ini, 371 MW listrik dibeli dari swasta. PLN Batam hanya mampu memasok 91 MW. ”Pada 2020 kami targetkan 621 MW dari pembangkit sendiri dan 516 MW dari pembangkit swasta,” tuturnya.
Untuk jaringan transmisi dinyatakan sudah andal. PLN Batam saat ini memiliki tujuh gardu induk dan terkoneksi dengan jaringan 150 kilovolt yang mengelilingi seluruh Batam. ”Sebesar 80 persen jaringan ke pelanggan, yakni jaringan 20 kilovolt, menggunakan kabel bawah tanah. Bukan kabel udara seperti lazimnya di daerah lain,” ujarnya.