Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IESR: Harga Premium Rp 6.000 untuk Hindari Syok

Kompas.com - 23/02/2012, 14:59 WIB
Ester Meryana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, bilang, kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi memang diperlukan agar subsidi energi tidak melonjak. Menurut Fabby, harga BBM bersubsidi yang pas adalah Rp 6.000 per liternya.

"Untuk tahap ini (kenaikan harga), pada April, pemerintah menaikkan pada harga Rp 6.000 untuk menghindari syok," ujar Fabby ketika dihubungi Kompas.com, Kamis ( 23/2/2012 ).

Harga BBM sebesar Rp 6.000 ini, kata Fabby, pernah terjadi sebelumnya. Jadi, masyarakat tidak terlalu terkejut jika harga BBM dinaikkan sebesar itu.

Ia bilang, kemungkinan harga BBM bersubsidi sudah berada di sekitar Rp 8.000-Rp 9.000, jika mengacu pada harga minyak dunia yang kini sudah bertengger di angka 106 dollar AS per barrel untuk jenis West Texas Intermediate dan minyak Brent ada di harga 122 ,9 dollar AS per barrel pada Rabu ( 22/2/2012 ) waktu New York. Tetapi apabila langsung dinaikkan ke harga seharusnya sekitar harga itu, masyarakat akan terkejut. "Jika dinaikkan jadi Rp 7.000-Rp 8.000 masyarakat akan syok," tegas Fabby.

Oleh sebab itu, dari sisi psikologis harga Rp 6.000 per liternya lebih bisa diterima masyarakat. Namun demikian, ia mengingatkan pemerintah untuk mempertimbangkan bagaimana dampak kenaikan harga kepada masyarakat miskin dan sektor transportasi. "Apakah dengan bantuan langsung tunai atau bantuan langsung tunai bersyarat, itu yang harus diputuskan segera," pungkasnya.

Seperti diwartakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu, di Jakarta, telah memberikan isyarat kenaikan harga BBM bersubsidi sulit dihindari. Pasalnya, harga minyak dunia kini melonjak cukup jauh. Apalagi asumsi harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) di APBN 2012 hanya 90 dollar AS per barrel. "Harga BBM, harus disesuaikan dengan tepat. Masyarakat yang kena dampak, masyarakat miskin, harus diberi bantuan langsung," ucap Presiden.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com