Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Sapi Australia Kembali Terancam

Kompas.com - 29/02/2012, 15:31 WIB

ADELAIDE, KOMPAS.com — Seruan agar ekspor ternak hidup ke Indonesia dihentikan kembali muncul menyusul munculnya tayangan kekejaman terhadap sapi di dua rumah pemotongan hewan di Jakarta. Namun, kalangan industri ternak Australia  menentang penghentian ekspor keseluruhan dan memilih memperbaiki rumah pemotongan hewan yang bermasalah.

Televisi ABC, Senin lalu, menayangkan gambar yang diperoleh lembaga swadaya masyarakat Animal Australia yang menunjukkan gambar di Rumash Pemotongan Hewan (RPH) Timur Petir dan Cakung. Dalam tayangan itu, tampak sapi yang masih hidup dipukul dengan benda tumpul. Pengambilan gambar-gambar ini dilakukan di bulan Januari 2012.

Menurut laporan koresponden Kompas L Sastra Wijaya dari Australia, tahun lalu ekspor ternak ke Indonesia dihentikan selama dua bulan menyusul laporan ABC Four Corners mengenai berbagai tindak kekejaman terhadap binatang di belasan RPH di beberapa kota di Indonesia.

Ekspor tersebut kemudian diberlakukan lagi setelah pemerintah dan kalangan industri peternakan menerapkan beberapa aturan baru. Namun, munculnya gambar terbaru ini kembali memunculkan reaksi dari kalangan penyayang binatang dan anggota parlemen dari Partai Hijau, yang menyerukan agar penghentian ekspor ternak hidup tersebut dilakukan sepenuhnya.

Menteri Pertanian Australia Joe Ludwig dengan cepat memberikan reaksi dan mengatakan akan melakukan penelitian dengan saksama guna memastikan apakah ternak yang disiksa itu berasal dari Australia dan RPH mana saja yang masih bermasalah.

Dalam aturan baru yang dibuat pemerintah, para eksportir dari Australia, yang kebanyakan dari Northern Territory, harus memastikan ke mana saja ekspor ternak mereka dikirim. Dengan cara itu, kekejaman terhadap binatang diharapkan bisa dihapus sama sekali.

Luke Bowen dari Asosiasi Ternak Northern Territory berharap pemerintah  tidak tergesa-gesa  menghentikan ekspor ternak sapi ini ke Indonesia. "Sistem baru sudah kita jalankan, tentu saja masih ada masalah. Namun, mudah-mudahan kita bisa mengisolir masalahnya bila ada, tetapi tidak serta merta menghentikan semuanya karena industri ekspor ini menyangkut hajat hidup banyak pihak, baik di Australia maupun di Indonesia." kata Bowen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com