Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dengan Sandal 'Magelangan' Raup Ratusan Juta

Kompas.com - 02/03/2012, 10:03 WIB
Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Siapa sangka 'hanya' dengan berjualan sandal, kehidupan Sadiqin berubah drastis. Sandal yang ia jual bukan sandal biasa saja, namun sandal unik khas Magelang, atau sering disebut dengan sandal Magelangan. Disebut demikian karena warga Kampung Tulung, Magelang Tengah ini mampu mengaplikasikan kata-kata atau celoteh-celoteh khas orang-orang Magelang seperti Leda-lede, Pecas Ndahe, Plonga-plongo, Plinthat-plinthut, dan lain sebagainya pada sepasang sandal.

Mengambil kuliah di Jurusan Hukum, Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM), ia mengaku ide kreatifnya berawal pada tahun 1999 ketika anaknya mendapat souvenir ulang tahun berupa sepasang sandal dengan model unik dan lucu. Kemudian ia dan istrinya coba-coba membuat rancangan sandal serupa dengan sedikit kreasi namun tetap khas Magelang.

Siapa sangka, sandalnya diminati banyak orang di sekitarnya. Ia pun kemudian berani memproduksi dan menjualnya. "Awalnya saya dan istri bikin jok mobil/motor, namun ternyata prospek jualan sandal lebih bagus daripada jok, kami pun memutuskan beralih berbisnis sandal ini," katanya.

Berbeda dengan sandal-sandal di pasaran, sandal milik pria 47 tahun ini tergolong eksklusif, karena gambar atau tulisan pada sandal didesain langsung oleh Sadiqin menggunakan tangan, bukan komputer. Proses pemilihan bahan hingga finishing pun masih manual. Tidak hanya itu, model yang beragam, warna yang cerah, serta harga yang terbilang murah membuat sandal-sandalnya banyak diminati.

"Jika mendapat ide, langsung saya bikin pola pada bahan, kemudian saya potong-potong (cutting) dengan pisau khusus, saya sengaja tidak menggunakan komputer untuk desain karena gampang ditiru," ceritanya.

Selain itu, katanya, kelebihan sandal-sandalnya juga terletak pada bahan yang ringan terbuat dari spon api. Kemudian pada aplikasi desain, yakni dengan cara cutting atau puzzle bukan dengan teknik sablon. Sehingga, gambar atau tulisan tidak mudah hilang jika kena air atau kotoran. "Selain itu, pembeli juga boleh memesan desain sesuai keinginannya, bisa gambar, tulisan, atau abstrak, dan satu hari jadi.

Tidak hanya itu, pembeli juga bisa memesan meskipun hanya sepasang, bahkan sebelah kiri atau kanan saja, harganya rata-rata Rp 25.000 per pasang, kalau setengah pasang ya bayar setengah harga saja," katanya sembari senyum.

Bapak tiga putra ini mengaku, awalnya ia memroduksi sandal tidak banyak. Promosinya pun hanya dari mulut ke mulut. "Untuk bisa masuk ke pameran atau sentra UMKM di Kota Magelang waktu itu cukup susah, karena alasan harga yang kami patok Rp 25.000 per pasang dinilai masih kemahalan," ujarnya.

Namun demikian ia dan istrinya, Tika Sari, tidak patah arang. Ia terus berinovasi hingga akhirnya usahanya itu pun berjalan sukses hingga sekarang. Setiap bulan ia mampu memproduksi rata-rata hingga 8.000-an pasang sandal. Jika harga per pasang rata-rata Rp 25.000, maka per bulan ia meraup omzet sekitar Rp 200 juta.

Dari hasil kerja kerasnya itu, kini ekonomi keluarganya tergolong mampu. Ia bisa membiayai sekolah ketiga anaknya, dan bahkan membeli mobil. Saat ini, ia bisa memperkerjakan delapan karyawan, yang semuanya adalah remaja putus sekolah. "Kami memang sengaja mengambil karyawan anak-anak putus sekolah, agar mereka tidak menjadi pengangguran namun juga bisa bekerja mengasilkan uang untuk bantu orang tua mereka," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemensos Buka 40.839 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Pemudik Lebaran 2024 Capai 242 Juta Orang, Angka Kecelakaan Turun

Whats New
Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Sekunder adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Signifikansi 'Early Adopters' dan Upaya 'Crossing the Chasm' Koperasi Multi Pihak

Signifikansi "Early Adopters" dan Upaya "Crossing the Chasm" Koperasi Multi Pihak

Whats New
Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Rupiah Tertekan Dekati Rp 16.300 Per Dollar AS, BI Terus Intervensi Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com