Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ikan Purba dan Gua Tengkorak di Danau Matano

Kompas.com - 20/06/2012, 07:27 WIB
Kontributor Tana Luwu, Husain

Penulis

KOMPAS.com — Danau Matano adalah satu dari tiga danau yang ada di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Lokasi ini banyak menyimpan cerita sejarah dan juga daya tarik akan keindahan panorama alam. Di Danau Matano terdapat gua bawah air serta dihuni ikan purba.

Setelah menempuh perjalanan selama satu jam dari Pusat Kabupaten Luwu Timur, tepatnya di Kecamatan Malili, dengan menggunakan kendaraan angkutan umum yang jarak tempuhnya berkisar 60 km, saya pun tiba di dermaga penyeberangan perahu Sorowako di Kecamatan Nuha.

Terlihat aktivitas bongkar muat penumpang di dermaga penyeberangan, pada Sabtu (16/6/2012) pagi cukup ramai, di mana beberapa perahu rakit penyeberangan (raft), ada yang baru saja bersandar di dermaga. Ada pula yang siap untuk menyeberangkan penumpangnya dengan tujuan ke Dermaga Nuha, yang berada di seberang danau.

Dermaga penyeberangan Sorowako setiap harinya ramai dengan aktivitas bongkar muat penumpang, di mana rakit tidak hanya mengangkut warga, tetapi juga dapat mengangkut kendaraan bermotor roda dua hingga empat, baik dari Sorowako maupun sebaliknya. Dermaga ini adalah dermaga penghubung transportasi danau antara Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya masyarakat yang bermukim di Kabupaten Morowali dan sekitarnya.

Ikan purba buttini

Menyusuri Danau Matano dengan menggunakan perahu tradisional (katinting), mata kita seolah tak pernah lelah menatap keindahan panorama alam pegunungan dan tebing batu yang mengitari danau seluas 16.000 hektar dengan kedalaman mencapai 600 meter, dan tercatat sebagai danau terdalam di Asia Tenggara.

Selain menawarkan keindahan panorama alam pegunungan verbeck yang mengitari pesisir, Danau Matano juga dihuni ratusan spesies fauna endemik, di antaranya udang, kepiting, siput, dan ikan. Uniknya fauna yang ada di Danau Matano, sebagian besar tidak bisa dijumpai di danau lain yang ada di Indonesia.

Bahkan, di Danau Matano terdapat spesies ikan endemik yang tergolong langka di dunia. Ikan ini diberi julukan ikan purba karena warnanya yang kecoklat-coklatan dan bentuknya yang mirip dengan binatang purba. Bagi masyarakat setempat, ikan ini diberi nama "ikan buttini".

"Beberapa orang peneliti yang pernah datang ke kampung kami menyebut ikan buttini adalah ikan purba yang jenisnya hanya ada dan berkembang biak di Danau Matano," tutur Jihadin, tokoh pemuda asli Sorowako, yang juga dipercayakan sebagai koordinator pekerja dermaga penyeberangan.

Ikan buttini adalah ikan yang paling digemari masyarakat setempat, tak heran jika sebagian warga pesisir Danau Matano, menggantungkan hidupnya sebagai nelayan pemancing ikan buttini.

Walaupun bentuknya sedikit aneh dengan bola mata menonjol keluar dengan kulitnya berwarna kecoklat-coklatan, tetapi dagingnya terasa gurih saat dimakan. Bagi masyarakat setempat paling gemar menyajikan dengan cara di memasak biasa, hanya mencampurkan bawang, jeruk kunyit, dan garam. Sementara itu, untuk satu ekor ikan buttini yang beratnya mencapai 1 kilogram dijual dengan harga Rp 15.000 hingga Rp 25.000.

Gua Tengkorak bawah air

Sementara itu, di bibir Danau Matano yang sebagian adalah tebing batu papan, juga terdapat beberapa lubang gua yang di dalamnya terdapat sisa peninggalan sejarah. Seperti tombak, parang, dan juga peralatan rumah yang terbuat dari besi kuningan, yang diperkirakan telah ada sejak ratusan tahun silam.

Uniknya, tiga dari enam buah gua yang ada sekitar Danau Matano berada tepat di bibir danau, di mana liang gua tersebut, alur liangnya tembus dari tebing batu ke air danau.

Ada juga gua yang lokasinya berada tidak begitu jauh dari permukiman penduduk, di mana gua yang banyak dihuni kelelawar, terdapat banyak tulang belulang dan tengkorak manusia. Gua tersebut dinamai warga Matano dengan sebutan Gua Tengkorak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com