Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/06/2012, 09:09 WIB

KOMPAS.com -- Dalam percakapan dengan pers akhir pekan lalu, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono mengungkapkan, menurut rencana, pada akhir tahun 2013 semua pekerjaan jalur ganda kereta api pantai utara Pulau Jawa akan rampung. Hal itu berarti perjalanan kereta api Jakarta-Surabaya akan ditempuh 8,5 jam dari semula 9,5 jam. Kecepatan kereta api selama ini bervariasi, 80 kilometer-90 kilometer per jam menjadi 90 kilometer sampai 100 kilometer per jam.

Dalam konteks lama tempuh, kemajuan yang diperoleh ”biasa saja” sebab hanya menghemat satu jam. Penghematan dalam jarak tempuh Surabaya-Jakarta, 727 kilometer, idealnya 3,5 jam sehingga perjalanan cukup 6 jam. Ini akan meningkatkan daya saing kereta api terhadap angkutan udara. Namun, Wakil Menteri Perhubungan menyatakan bahwa tidak mudah menambah kecepatan secara signifikan sebab menyangkut kesiapan infrastruktur.

Hal yang menarik, kereta api itu akan menambah rangkaian. Satu rangkaian yang dihela setara 40 kontainer atau 20 gerbong (mampu menanggung beban sebesar 640 ton) yang ditumpuk. Itu artinya, ada 40 truk yang hilang dari jalan karena muatannya masuk kereta api. Kemacetan sedikit berkurang, beban jalan pun agak menurun. Yang tidak kalah menariknya, perekonomian di pantai utara Pulau Jawa akan tumbuh lebih subur. Pembangunan jalur ganda KA berjalan lebih cepat dibandingkan dengan pembangunan jalan tol Jakarta-Surabaya yang terengah-engah oleh rumitnya pembebasan tanah.

Pembangunan rel ganda ini sebuah langkah permulaan. Kita memang lama tercengang-cengang oleh teknologi RR China yang melesatkan kereta apinya dengan kecepatan di atas 450 kilometer per jam, (jika berpatokan pada kecepatan ini, jarak Jakarta-Surabaya bisa ditempuh kurang dari 2 jam). Atau Jepang yang kereta apinya bisa berlari di atas 300 kilometer per jam. Kalau menjadikan Jepang patokan, perjalanan Jakarta-Surabaya cukup dilakukan 2,5 jam. Ini semestinya menginspirasi pemerintah membenahi kereta api lebih dalam.

Dalam era serba modern sekarang ini, kereta api menjadi angkutan paling populer sebab aman, efisien, massal, dan murah. Perhatian semestinya lebih tercurah pada kereta api. Dengan kereta api, kemacetan di jalan raya akan terkurangi, pengiriman barang dagangan atau industri lebih efisien dengan kereta api.

Dengan pikiran seperti ini, semestinya instrumen angkut massal lebih dikembangkan. Misalnya, atasi kemunduran perjalanan kereta api Jakarta-Bandung yang menjadi 3,5 jam, padahal sebelumnya 2,5 jam. Atau mengapa konsentrasi angkutan darat selalu Jakarta-Surabaya, mengapa tidak Serang-Surabaya? Mengapa jalur kereta api Kalimantan, Sulawesi, tidak segera dibuat.

Rakyat Indonesia sangat mengerti bahwa pemerintah tidak bisa membiayai sendiri pembangunan infrastruktur kereta api. Kalau swasta diajak dengan imbalan memadai, pasti urusan kereta api ini cepat teratasi. Ada baiknya pemerintah memuluskan masalah pembebasan lahan, atau memberi solusi dalam penggunaan lahan jalur kereta api. Sudah terlampau lama masalah ini membelenggu. (Abun Sanda)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Rupiah Melemah terhadap Dollar AS, Sri Mulyani: Lebih Baik dari Baht hingga Ringgit

Whats New
5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

5 Minimal Saldo BRI untuk Tarik Tunai ATM Sesuai Jenis Tabungannya

Spend Smart
Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Seleksi CPNS 2024 Dimulai Juni-Juli, Masih Ada 4 Instansi Belum Mengisi Rincian Formasi

Whats New
[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke 'Jastiper'

[POPULER MONEY] Indonesia Selangkah Lebih Dekat Gabung Klub Negara Maju | Pesan Bea Cukai ke "Jastiper"

Whats New
XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

XL Axiata Ubah Susunan Direksi dan Komisaris

Whats New
Ketidakpastian Global Percepat Adopsi 'Blockchain'

Ketidakpastian Global Percepat Adopsi "Blockchain"

Whats New
XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

XL Axiata Bakal Tebar Dividen Rp 635,55 Miliar

Whats New
Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Instansi Pemerintah Diminta Segera Selesaikan Rincian Formasi ASN 2024

Whats New
Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Starlink Segera Beroperasi di RI, Telkom Tak Khawatir Kalah Saing

Whats New
Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Pandu Sjahrir Ungkap Tantangan Industri Batu Bara, Apa Saja?

Whats New
Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim 'Revamping' Pabrik Tertua

Dukung Efisiensi Energi dan Keberlanjutan, Pupuk Kaltim "Revamping" Pabrik Tertua

Whats New
Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Seleksi Sekolah Kedinasan Dimulai Mei, CASN 2024 Digelar Juni

Whats New
Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Indodax: Pencucian Uang dengan Aset Kripto Mudah Dilacak

Whats New
Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Penjualan iPhone Anjlok Hampir di Seluruh Negara di Dunia

Whats New
Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Menpan-RB Pastikan Seleksi CPNS 2024 Bebas Joki dan Titipan Pejabat, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com