Krisis di Uni Eropa (UE) adalah kombinasi antara krisis fiskal dan krisis perbankan serta rendahnya produktivitas dan daya saing perekonomian di beberapa negara anggota. Krisis fiskal tecermin dari tingginya rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sehingga pemerintah tak mampu melunasi utang tepat waktu. Karena buruknya administrasi perpajakan, penerimaan negara sangat rendah di sejumlah negara pinggiran di Eropa Selatan. Sebagaimana tecermin dari kasus Yunani, selain penjadwalan pelunasan utang, juga diperlukan pengampunan atau pemotongan atas sebagian dari beban utang. Krisis perbankan terjadi karena dengan mengandalkan pinjaman luar negeri dengan bunga murah, industri perbankan di negara-negara pinggiran itu memberikan kredit bagi sektor konstruksi dan properti yang terus-menerus meningkat sejak 1990-an. Di Spanyol, penyedia utama kredit konstruksi dan properti adalah 46 bank tabungan (caja). Penurunan harga properti dan peningkatan suku bunga telah meningkatkan kredit bermasalah bagi industri perbankan Irlandia, Portugal, Yunani, dan Spanyol.
UE tak memiliki lembaga ataupun sumber pembiayaan untuk mengatasi krisis perbankan. Lembaga yang diperlukan itu adalah untuk: (i) menambah modal bank sehingga setidaknya memenuhi persyaratan minimum, (ii) mengambil alih serta melakukan restrukturalisasi aset dan bank-bank bermasalah, (iii) menjamin deposito untuk menjaga kepercayaan publik pada industri perbankan. Tiga keputusan KTT UE pada 28-29 Juni lalu belum cukup mampu mengatasi krisis ekonomi yang berlangsung di kawasan tersebut.
Keputusan pertama KTT adalah menciptakan suatu lembaga pemeriksa dan pengawas industri perbankan yang menyatu untuk semua 17 negara anggota zona euro. Lembaga itu merupakan peleburan dari semua lembaga nasional yang telah ada di setiap negara anggota yang diharapkan akan terbentuk selambat-lambatnya akhir 2012 di bawah pengawasan Bank Sentral Eropa (ECB). Pembentukan lembaga pengawas bank serta lembaga keuangan sentral seperti ini memerlukan harmonisasi dan sinkronisasi pengaturan di semua negara anggota UE.
Keputusan kedua, memungkinkan Mekanisme Stabilitas Eropa (ESM) menyuntikkan modal secara langsung pada bank- bank sakit di semua negara anggota tanpa melalui anggaran negara. Suntikan modal untuk mengatasi kesulitan solvabilitas ini baru dapat dilakukan setelah adanya rekomendasi dari lembaga pemeriksa dan pengawas bank yang baru akan didirikan. ESM juga dapat membeli secara langsung Surat Utang Negara (SUN) dari negara yang kesulitan keuangan tanpa harus meminta persyaratan kredit (conditionality) yang sangat berat. Pembelian SUN suatu negara oleh ESM akan menurunkan tingkat suku bunga pinjamannya di pasar obligasi sehingga membantu menurunkan pengeluaran untuk pembayaran bunga pinjaman.
Tadinya, the European Financial Stability Facility (EFSF) memberikan dana pinjaman ?100 miliar euro kepada Pemerintah Spanyol untuk mengatasi kesulitan keuangan bank-bank tabungan (caja)-nya. Suntikan modal dari EFSF pada caja melalui perantaraan anggaran negara sekaligus menambah stok utang negara sehingga menimbulkan masalah baru karena meningkatkan rasio utang terhadap PDB. Untuk mempercepat penanganan masalah, para menteri keuangan UE 10 Juli 2012 sepakat mempercepat realisasinya sebesar ?30 miliar euro akhir Juli nanti.
Sebagaimana diputuskan sebelumnya, mulai 1 Juli 2012, dana bantuan kepada negara anggota yang mengalami kesulitan keuangan disediakan oleh EMS sebagai pengganti EFSF. ESM memiliki dana
Keputusan ketiga, menyediakan dana ?120 miliar euro untuk mendorong pertumbuhan ekonomi negara-negara anggota melalui stimulus fiskal. Untuk merangsang peningkatan kegiatan dunia usaha ECB juga menurunkan suku bunga acuan sebesar 0,25 persen menjadi 0,75 persen awal Juli 2012. Artinya, kini dilakukan dua cara untuk menurunkan rasio utang negara terhadap PDB: mengencangkan ikat pinggang dan memacu pertumbuhan ekonomi. Pada gilirannya, perekonomian ingin ditumbuhkan melalui gabungan antara ekspansi fiskal serta investasi dunia usaha dan meningkatkan produktivitas melalui deregulasi perekonomian. Perekonomian yang kian tumbuh sekaligus diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja baru.