Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Perajin Tempe Tahu Bakal Mogok

Kompas.com - 23/07/2012, 07:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Hari Rabu hingga Jumat (25-27/7/2012), tahu dan tempe dipastikan bakal menghilang dari Jakarta, bahkan di seluruh penjuru Tanah Air. Ribuan produsen tempe dan tahu mogok kerja. Mereka menuntut pemerintah mengambil alih tata niaga kedelai agar dapat membantu para produsen perajin tempe dan tahu mendapatkan harga kedelai yang lebih murah.

Ketua Pusat Koperasi Tempe dan Tahu DKI Jakarta Suharto, Minggu (22/7/2012), mengungkapkan, sejak Mei lalu, harga kedelai sudah mencapai Rp 8.200 per kilogram dari harga sebelumnya Rp 5.500 per kilogram.

Keputusan untuk mogok produksi ini, kata Suharto, sudah disepakati pada rapat 18 Juli, yang dihadiri semua pengurus koperasi primer tempe dan tahu di lima wilayah Jakarta. ”Semua perajin tahu dan tempe sudah sepakat akan menghentikan seluruh produksi tempe dan tahu selama tiga hari, yakni hari Rabu hingga Jumat mendatang,” tutur Suharto.

Semua risiko selama mogok kerja berlangsung sudah dihitung perajin tempe dan tahu. ”Oleh karena itu, saya mengimbau semua perajin loyal pada kesepakatan yang sudah diputuskan pengurus koperasi,” katanya menegaskan.

Selama aksi berlangsung, para pengurus koperasi akan mengawasi semua sentra pembuat tahu dan tempe di Jakarta. ”Karena sudah menjadi keputusan bersama, sudah sepantasnya setiap perajin mengindahkan keputusan ini,” ujar Suharto.

Ia menambahkan, setelah mogok kerja, para perajin tempe dan tahu akan menaikkan harga tempe Rp 1.000-Rp 2.000. Sebagai contoh, potongan tempe yang biasanya dijual Rp 3.000 akan dijual dengan harga Rp 4.000 per potong, sedangkan potongan tempe dengan harga Rp 6.000 per potong akan dijual Rp 8.000.

Tuntutan kepada pemerintah

Suharto mengatakan, aksi mogok kerja ini merupakan tuntutan para perajin tempe dan tahu kepada pemerintah. ”Kami menuntut pemerintah mengambil alih tata niaga kedelai. Dengan demikian, pemerintah bisa meredam gejolak harga kedelai impor yang kini sudah mencapai Rp 8.200 per kilogram,” kata Suharto.

Para perajin tahu dan tempe, lanjutnya, juga mendesak pemerintah menghapus bea masuk impor kedelai sebesar 5 persen menjadi 0 persen. ”Penghapusan bea masuk ini tidak serta-merta bisa meredam gejolak harga kedelai impor, tetapi setidaknya sementara ini mengurangi beban yang harus dipikul perajin tempe dan tahu,” ucap Suharto.

Saat ini jumlah perajin di Jakarta yang memiliki rumah produksi tahu dan tempe mencapai 4.841 orang. Setiap rumah produksi rata-rata mempekerjakan 5-10 pekerja. Setiap bulan mereka mengonsumsi rata-rata 10.060 ton kedelai. ”Yang terbanyak masih di sentra produksi tahu dan tempe Semanan, Kalideres, Jakarta Barat. Jumlah rumah produksi mencapai 1.258,” tuturnya.

Kuncoro, seorang perajin di Semanan, menyatakan sudah siap mogok kerja. ”Keputusan para pengurus koperasi adalah cermin sikap para perajin tempe dan tahu di sini. Semuanya sudah lewat proses sosialisasi yang cukup. Saya dan lima saudara saya yang masing-masing memiliki rumah produksi sendiri sudah siap mogok kerja tiga hari,” kata Kuncoro (61) di rumahnya, di Jalan Windu Gutomo, Semanan. (WIN)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

    Kode Transfer BCA, BRI, BNI, BTN, Mandiri, dan Bank Lainnya

    Spend Smart
    Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

    Cara Beli Token Listrik di ATM BRI, BNI, Mandiri, BTN, dan BSI

    Spend Smart
    Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

    Cara Tukar Uang Rusak di Bank Indonesia dan Syaratnya

    Spend Smart
    Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

    Lelang 7 Seri SUN, Pemerintah Kantongi Rp 21,5 Triliun

    Whats New
    Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

    Indosat Catat Laba Rp 1,29 Triliun di Kuartal I-2024

    Whats New
    Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

    Adira Finance Cetak Laba Bersih Rp 432 Miliar pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

    Inaplas Dukung Pemerintah Atasi Polusi Sampah Plastik

    Whats New
    Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

    Program Pemberdayaan Daerah Gambut di Bengkalis oleh PT KPI Mampu Tingkatkan Pendapatan Masyarakat

    Whats New
    Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

    Astra Internasional Bakal Tebar Dividen Rp 17 Triliun, Simak Rinciannya

    Whats New
    Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

    Emiten Nikel IFSH Catat Penjualan Rp 170 Miliar di Kuartal I 2024

    Whats New
    Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

    Starlink Telah Kantongi Surat Uji Laik Operasi di Indonesia

    Whats New
    Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

    Laba Bersih BNI Naik 2,03 Persen Menjadi Rp 5,3 Triliun pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

    Bank Mandiri Jaga Suku Bunga Kredit di Tengah Tren Kenaikan Biaya Dana

    Whats New
    Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

    Bukan Dibebaskan Bea Cukai, Denda Impor Sepatu Bola Rp 24,74 Juta Ditanggung DHL

    Whats New
    Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

    Kerja Sama dengan PBM Tangguh Samudera Jaya, Pelindo Optimalkan Bongkar Muat di Pelabuhan Tanjung Priok

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com