Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Defisit Anggaran Ditargetkan 1,6 Persen pada 2013

Kompas.com - 16/08/2012, 21:20 WIB
Hindra Liauw

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan jumlah defisit anggaran dari 2,33 persen pada APBN-P 2012 menjadi 1,6 persen pada RAPBN 2013. Demikian disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan keterangan pemerintah atas RUU RAPBN Tahun Anggaran 2013 beserta Nota Keuangannya di depan Rapat Paripurna DPR RI, Jakarta, Kamis (16/8/2012) malam.

"Dalam RAPBN 2013, pendapatan negara direncanakan mencapai Rp1.507,7 triliun atau meningkat 11 persen dari APBN-P 2012. Sementara, anggaran belanja negara direncanakan mencapai Rp 1.657,9 triliun atau naik 7,1 persen dari pagu belanja negara pada APBN-P Tahun 2012. Dengan konfigurasi seperti itu, dalam RAPBN 2013 kita upayakan untuk mengendalikan defisit anggaran menjadi Rp150,2 triliun atau 1,6 persen dari PDB," kata Presiden.

Presiden berharap APBN tahun 2013 dapat dikelola secara efisien, efektif, transparan, dan akuntabel, sehingga benar-benar dapat memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian nasional. Pada tahun ini, pemerintah memperkirakan defisit APBN 2012 melebar 2,3 hingga 2,4 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal itu karena melesetnya sejumlah asumsi dan besarnya realisasi subsidi energi.

Perkiraan itu didasarkan atas dinamika indikator ekonomi makro semester I-2012 dan prediksi perekonomian sampai dengan akhir tahun. Semester I-2012 telah mencatatkan defisit senilai Rp 36,1 triliun.

Tingginya belanja pemerintah yang mendorong defisit tersebut terutama dikontribusi oleh besarnya subsidi energi yang porsinya terbesar, yakni Rp 124,4 triliun atau 61,5 persen. Tingginya subsidi, menurut Menteri Keuangan Agus Martowardjojo, disebabkan tingginya realisasi harga jual minyak mentah Indonesia senilai Rp 118 dollar Amerika Serikat (AS) per barrel. Faktor lainnya adalah melemahnya kurs rupiah, yakni Rp 9.203 per dollar AS dari asumsi senilai Rp 8.747 per dollar AS.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com