JAKARTA, KOMPAS.com - Sejumlah investor mengaku tengah menyiapkan gugatan kelompok terhadap manajemen Bursa Efek Indonesia. Mereka menyatakan kekecewaan dan merasa dirugikan atas gangguan sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia, Senin (27/8/2012).
”Ini sedang mengumpulkan para investor untuk melakukan gugatan kelompok (class action). Kita mau lihat seberapa jauh manajemen BEI merespons,” kata salah seorang investor, Bayu Wicaksono, di Jakarta.
Bayu terdaftar sebagai investor di dua sekuritas. Ia menyatakan akan membuat laporan ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan Komisi Informasi Pusat (KIP). ”Ke YLKI untuk melakukan pengaduan, ke KIP untuk meminta transparansi informasi,” katanya.
Sebagaimana diungkapkan sejumlah investor, Bayu mengaku kehilangan kesempatan untuk bertransaksi di pasar modal karena gangguan itu. Hal senada diungkapkan investor lain, Komaruddin. Gangguan pada sistem perdagangan daring (online) membuat ia tidak bisa memantau harga hingga transaksi. Dalam sehari, ia mengaku bertransaksi Rp 300 juta-Rp 500 juta.
”Tidak mencerminkan BEI yang profesional. Beberapa kali terjadi gangguan, tetapi seperti tidak ada perubahan perangkat,” kata Komaruddin.
Gangguan itu menimpa sistem BEI yang baru ditingkatkan pada pertengahan Mei 2012, yakni Jakarta Automatic Trading System Next Generation (JATS-NextG) versi 2.0. Ini merupakan pengembangan dari sistem perdagangan JATS-NextG versi 1.11 dengan beberapa fitur tambahan pada fungsi perdagangan serta peningkatan kapasitas menjadi 5 juta order dan 2,5 juta transaksi dari sebelumnya 1 juta order dan 500.000 transaksi per hari.
Karena gangguan itu, transaksi di pasar pun terbatas. Di penutupan, IHSG menguat 0,1 persen ke level 4.145,88 dengan transaksi senilai Rp 1 triliun. Pada waktu normal, rata-rata transaksi di BEI mencapai Rp 3 triliun-Rp 5 triliun.
”Koneksi remote trading bermasalah dan kita sedang mencari masalahnya. Hal itu tidak membuat kerugian investor. BEI rugi pendapatan karena perdagangan sempat terhenti, tetapi kami belum bisa menyebutkan berapa kerugiannya,” kata Direktur Utama BEI Ito Warsito.
Lewat pernyataan resminya, BEI mengungkapkan terjadi masalah koneksi sistem remote trading utama BEI sehingga perdagangan BEI kemarin dilakukan melalui sistem Disaster Recovery Center (DRC). Perdagangan sesi I dimulai pada pukul 10.00 karena BEI memberi waktu kepada semua anggota bursa untuk melakukan koneksi ke DRC.
Perdagangan sesi I berjalan normal, tetapi terjadi masalah pada sistem distribusi data harga saham melalui data vendor sehingga sebagian pelaku pasar yang memperoleh informasi dari data vendor tidak dapat memperoleh informasi harga saham untuk melakukan perdagangan secara efektif. Oleh karena itu, BEI memutuskan mengakhiri sesi I pada pukul 11.30 waktu JATS-NextG (30 menit lebih awal).
Sesi II perdagangan BEI dimulai secara normal pada pukul 13.30 setelah BEI dapat menyelesaikan masalah sistem distribusi data harga saham untuk data vendor.
BEI telah melakukan investigasi masalah pada sistem remote trading utama dan telah menemukan akar permasalahan secara pasti. Untuk menyediakan waktu yang cukup bagi uji coba solusi dari permasalahan sistem remote trading utama melalui mock trading, BEI menghentikan perdagangan sesi II lebih awal, yaitu pukul 15.30. BEI yakin perdagangan normal Selasa. (BEN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.