Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemas, Juragan Pempek Beromzet Ratusan Juta

Kompas.com - 31/08/2012, 07:48 WIB

KOMPAS.com - Berawal dari usaha kecil-kecilan, Kemas Firmansyah sukses membesarkan bisnis pempek dengan brand Wongkito 19. Bisnisnya semakin menggurita lewat sistem kemitraan. Hingga saat ini, total gerai pempeknya sudah mencapai 92 outlet yang tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Dari jumah itu, 89 gerai di antaranya milik mitra.

Dari usaha ini, omzet yang Kemas kantongi dalam sebulan mencapai Rp 500 juta. Bisnis pempek ini mulai dia rintis pada akhir tahun 2006. Selain alasan bisnis, lewat usaha pempek ini, ia juga ingin menunjukkan identitasnya sebagai orang Palembang.

Sebab, selama ini, Kemas melihat sebagian besar pedagang pempek bukanlah orang asli Pelembang. Padahal, pempek merupakan makanan tradisional khas wong kito galo, sebutan untuk orang Palembang. "Seharusnya saya juga berdagang pempek karena saya orang Palembang," ujar pria keliharan 1971 ini.

Kemas akhirnya terjun ke usaha kuliner pempek dengan membuka outlet kecil di dekat rumahnya di daerah Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat. Berkat keuletannya mempopulerkan bisnis ini, dalam beberapa tahun, jumlah gerai pempeknya terus bertambah. Terlebih setelah ia menawarkan kemitraan di 2008.

Menurut Kemas, perkembangan usaha pempeknya berkat totalitasnya dalam mengembangkan usaha. Apalagi, sejak awal ia memang menyukai bisnis ini. Lantaran sudah suka, ia pun mencurahkan seluruh waktu dan pikirannya untuk membesarkan usaha ini. "Kalau berbisnis harus disukai dulu supaya maksimal," katanya.

Kecintaan Kemas terhadap pempek sudah tumbuh sejak dia kecil. Ia mengaku, sejak kecil sudah terbiasa menyantap pempek karena ibunya suka membuat makanan tersebut.

Tidak hanya penyuka pempek, seiring usianya yang makin beranjak dewasa, Kemas pun mulai membuat pempek sendiri. Berbekal kemampuan itu, dia kemudian terjun ke usaha pempek.

Di awal merintis usaha, ia langsung memperkenalkan variasi pempek hasil racikannya, seperti pempek sosis, pempek kapal selam, pempek keju, dan panggang. Aneka pempek ini Kemas banderol mulai Rp 3.000 hingga Rp 14.000 per buah. "Salah satu favorit pelanggan adalah pempek kapal selam super," ujarnya.

Lantaran pempek buatannya banyak punya penggemar, pada 2008 Kemas memberanikan diri menawarkan kemitraan. Baginya, sebuah usaha bisa berkembang jika ia bermitra dengan orang lain.

Dengan bermitra, maka sebuah brand akan semakin dikenal masyarakat. "Pebisnis harus punya banyak partner," katanya. Selain menjalin kemitraan, Kemas juga memanfaatkan media online untuk memperkenalkan produknya dengan membuat website Wongkito 19.

Ia menugaskan pegawainya untuk memuat info-info terbaru terkait Wongkito 19. Alhasil, saban hari selalu saja ada informasi anyar di situs Wongkito 19. Dari sanalah bisnisnya terus berkembang. Tak cuma di Jabodetabek, mitranya ada di Bandung, Cirebon, dan Kalimantan.

Jatuh bangun

Jiwa bisnis Kemas Firmansyah sudah terasah sejak kecil. Ia telah terbiasa berjualan sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sejak masih kelas satu SD, ia sudah berjualan martabak buatan ibunya. "Saya jualan martabak keliling kampung," kata Kemas.

Naluri berdagang Kemas berlanjut saat ia mengecap bangku sekolah menengah atas (SMA). Ketika SMA ini, ia menekuni usaha pembuatan tatabahasa (grammar) bahasa Inggris. Tatabahasa itu dibuat dalam bentuk kalender, sehingga bisa ditempel di dinding dan memudahkan menghafalnya.

Kegiatan bisnisnya terus berlanjut. Ketika kuliah di Universitas Sriwijaya Palembang, ia berjualan jaket, celana jins, dan baju kepada teman-temannya. "saya memesannya dari Bandung," ujarnya.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

    Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

    Whats New
    Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

    Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

    Whats New
    Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

    Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

    Whats New
    BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

    BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

    Whats New
    Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

    Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

    Whats New
    Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

    Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

    Whats New
    ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

    ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

    Whats New
    KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

    KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

    Whats New
    Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

    Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

    Whats New
    Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

    Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

    Whats New
    BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

    BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

    Whats New
    Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

    Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

    Whats New
    Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

    Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

    Whats New
    Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

    Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

    Whats New
    Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

    Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com