Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Teknologi Penanaman Kedelai Grobogan

Kompas.com - 03/09/2012, 04:55 WIB

Oleh Sonya Helen Sinombor

Krisis kedelai berkali-kali terjadi di negeri ini. Ironisnya, krisis tersebut terjadi di negeri agraris akibat kurangnya pasokan kedelai di pasaran. Hal itu membuat Adi Widjaja (40) gemas. Seandainya pemerintah benar-benar berniat serius mengembangkan kedelai lokal, tentu para perajin tempe dan tahu tak perlu menjerit, apalagi melakukan aksi mogok seperti yang terjadi belakangan ini. 

”Sebenarnya kita memiliki potensi yang besar,” kata Adi Widjaja, peneliti kedelai. Dia meneruskan perjuangan sang ayah, Tjandramukti (almarhum), yang meneliti kedelai lokal hingga menemukan varietas kedelai lokal, yakni kedelai grobogan. Jenis kedelai ini diakui pemerintah sebagai benih unggul nasional.

Potensi kedelai negeri ini sebenarnya bisa memenuhi kebutuhan jika pemerintah serius menanganinya. Lihat saja di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. Beberapa desa di kabupaten tersebut sejak bertahun-tahun menanam dan memproduksi kedelai lokal tanpa bergantung pada kedelai impor.

Bahkan, kelompok tani di salah satu desa di kabupaten ini, yang mendapat pendampingan Tjandramukti, yakni Kelompok Tani Kabul Lestari di Desa Panunggalan, Kecamatan Pulokulon, pada 2007 meraih juara nasional Kelompok Tani Agribisnis Kedelai.

Produksi kedelai di desa tersebut mencapai 3,4 ton per hektar dengan rata-rata kelompok pada angka 3,2 ton per hektar. Semuanya ditanam pada musim hujan meski pemerintah menganjurkan penanaman kedelai pada musim kemarau.

Keberhasilan para petani Desa Panunggalan memproduksi kedelai dengan produktivitas tinggi ini berkat penelitian kedelai yang dirintis Tjandramukti. Kerja kerasnya selama bertahun-tahun berhasil mengangkat kedelai lokal grobogan, temuan Tjandramukti, menjadi benih unggul nasional.

Selama bertahun-tahun petani di Desa Panunggalan menanam kedelai dengan metode penanaman dan pemupukan dari Budi Mixed Farming (BMF) yang dikenalkanTjandramukti. BMF adalah perusahaan pertanian dan peternakan kecil inovatif yang berbasis pada penelitian.

Perusahaan itu fokus pada pemberian solusi sistem pertanian campuran (mixed farming system) dan optimalisasi produksi tanaman subtropis di wilayah tropis, seperti kedelai.

Berkat sistem tersebut, pada 2006 rata-rata produksi kedelai di desa itu bisa mencapai 3 ton per hektar. Bahkan, beberapa petani dapat mencapai lebih dari 4 ton per hektar. Keberhasilan inilah yang membawa kelompok tani yang dibina BMF meraih juara Nasional Kelompok Tani Agribisnis Kedelai.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com