Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dahlan: Kita Malu, RI Kaya, tetapi Masih Banyak Impor

Kompas.com - 03/09/2012, 08:43 WIB
Didik Purwanto

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com — Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan mengatakan bahwa negara Indonesia adalah negara kaya. Namun, karena bangsanya belum mampu mengembangkan potensi sumber daya yang dimiliki, kebanyakan bahan baku masih diimpor.

Peningkatan impor disebabkan karena kenaikan kebutuhan domestik masyarakat. Sektor migas juga memberikan kontribusi negatif karena defisit neraca perdagangan minyak masih lebih besar daripada surplus neraca perdagangan gas.

Hal itulah yang menyebabkan neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II-2012 tercatat defisit 2,8 miliar dollar AS. Defisit itu juga seiring dengan menurunnya perekonomian global sehingga berdampak pada kinerja sisi eksternal perekonomian Indonesia.

"Negeri ini butuh ahli-ahli teknis yang lebih banyak lagi, apalagi di sektor minyak dan pertanian. Kita malu bahwa negara kita agraris dan kaya akan bahan mineral, tetapi masih banyak impor," kata Dahlan saat memberikan kuliah umum di hadapan 2.500 mahasiswa dengan tema "Membangun Jiwa Entrepreneurship Civitas Akdemika" di Universitas Almuslim Peusangan, Kabupaten Bireun, Aceh, Sabtu (1/9/2012).

Menurut Dahlan, untuk mengurangi besarnya impor minyak dan gas bumi, pemerintah dituntut bisa mandiri, khususnya menemukan kilang minyak sendiri lebih banyak. Atau memperbesar penggunaan listrik. Salah satunya, Dahlan memiliki proyek untuk menjadikan mobil listrik sebagai mobil nasional.

Selain itu, akan memperbesar penggunaan bahan bakar gas, elpiji, dan energi di luar minyak dan gas bumi. Hal itu dilakukan untuk menekan penggunaan minyak dan gas bumi yang terus melonjak seiring dengan kenaikan jumlah mobil atau motor dengan bahan bakar minyak. "Sehingga Aceh harus memiliki pembangkit listrik sendiri untuk mencukupi kebutuhan masyarakatnya sendiri," katanya.

Keinginan Dahlan, khususnya saat menjadi Direktur Utama PT Pembangkit Listrik Negara (PLN) Persero, Aceh harus ada pembangkit listrik sendiri, khususnya di Takengon. Saat ini pembangkit listrik tersebut sudah mulai jalan pembangunannya. "Dulu saat saya sakit sempat ke sana untuk memulai proyek itu," ujarnya.

Sebelumnya, PT PLN (Persero) menyewa pembangkit listrik milik PT Kertas Kraft Aceh (Persero) untuk menyokong sistem kelistrikan di Aceh bagian utara. Dengan pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PT KKA, Aceh dipastikan mendapat tambahan pasokan listrik sebesar 22 megawatt.

PLTU milik PT KKA dioperasikan dengan menggunakan steam turbin generator buatan General Electric Energy (GEE) berkapasitas 2 x 18 MW. Namun, sejak Desember 2007, pembangkit listrik ini tidak lagi dioperasikan karena PT KKA berhenti berproduksi. Di saat yang sama, PLN butuh tambahan pasokan listrik di wilayah Aceh. Oleh sebab itu, PLN dan PT KKA sepakat  melakukan kerja sama dalam memanfaatkan pembangkit listrik tersebut dalam jangka waktu selama 10 tahun.

"Sehingga di sini juga dibawa Dirut PLN, Pertamina, dan lain-lain. Mereka bisa berdiskusi sehingga bisa menyelesaikan masalah listrik di Aceh," jelasnya.

Selain itu, khusus untuk fasilitas kilang dan instalasi yang dimiliki PT Arun di Blang Lancang, Kota Lhokseumawe, Aceh, menurut Dahlan, ke depan akan dijadikan sebagai terminal gas untuk pasokan ke sejumlah provinsi di Sumatera terutama ke Medan yang selalu kekurangan gas. "Jadi, nantinya kebutuhan gas Medan akan dipasok dari Aceh. Sebaliknya, selama ini kebutuhan listrik Aceh, kan, dipasok dari Medan. Jadi, ke depan, sudah saling memberi antardua daerah," tuturnya.

Sebelumnya pemerintah berencana membangun sebuah terminal atau tempat penampungan gas di Medan. Caranya dengan membeli sebuah kapal yang diapungkan secara permanen di sekitar Pelabuhan Belawan, Medan. Kapal itu didesain khusus sesuai kebutuhan penampungan gas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com