Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batanghari Dangkal, Pelayaran Terganggu

Kompas.com - 04/09/2012, 05:08 WIB

Jambi, Kompas - Kekeringan musim kemarau tahun ini telah menyurutkan permukaan Sungai Batanghari secara signifikan di wilayah Jambi. Kondisi itu mengganggu distribusi barang melalui jalur pelayaran sungai. Akibatnya, sebagian pengusaha terpaksa mengalihkan pengangkutan lewat jalur darat.

Ketua Asosiasi Pelayaran Nasional (Insa) Jambi Edy Best mengatakan, kedalaman Sungai Batanghari saat ini berkisar 1,5 meter hingga 2 meter. Kondisi itu jauh di bawah batas aman bagi kapal untuk melintas, yaitu sedalam 4 meter hingga 5 meter. Sungai Batanghari dalam kondisi normal berkedalaman 8 meter hingga 10 meter.

Pemantauan Kompas, sejumlah pulau muncul di tengah dan pinggir Sungai Batanghari, khususnya pada wilayah Kota Jambi hingga Kabupaten Muaro Jambi. Munculnya pulau dimanfaatkan warga setempat menanam palawija dan padi. ”Frekuensi pelayaran saat ini turun 50 persen,” ujar Edy, di Jambi, Senin (3/9).

Ia menjelaskan, frekuensi pelayaran sepanjang Sungai Batanghari biasanya mencapai 300 kapal per bulan. Namun, saat ini berkisar 150-160 kali pelayaran. Pengguna kapal juga harus mengurangi muatan agar dapat tetap melintas. Sebagai contoh, kapal yang berkapasitas 3.000 ton harus mengurangi muatan menjadi sekitar 2.500 ton agar tidak kandas di sungai.

Menurut Edy, sebagian pengangkutan barang juga dialihkan lewat jalur darat karena pengusaha kian merugi jika harus mengurangi muatan kapal agar tetap melintas di sungai. ”Distribusi hasil karet yang biasanya lewat sungai, sekarang lewat darat melalui Palembang,” jelasnya.

Selain masalah surutnya air sungai, pelayaran juga makin sepi seiring melemahnya sektor perdagangan. Edy mengatakan, lesunya perekonomian dunia mengakibatkan ekspor hasil bumi, berupa batubara, karet, dan sawit, anjlok sejak dua bulan terakhir.

Kepala Kantor Asosiasi Pengusaha Batubara Indonesia (APBI) Jambi Nur Hadi mengatakan, distribusi batubara akan lebih efektif melalui jalur air karena lebih banyak muatan yang bisa diangkut. Akan tetapi, surutnya air membuat pengusaha harus mengangkut melalui darat. Sebagian pengusaha juga menahan diri untuk tidak melakukan pengiriman barang, sebab menunggu kondisi harga batubara naik kembali.

Saat ini, harga patokan batubara berkadar kalori 7.000 per kilogram turun jadi 90 dollar AS per ton pada Agustus dibandingkan dengan April lalu yang masih 113 dollar AS per ton.

Warga mengungsi

Sekitar 60 warga di Desa Pulau Aro, Kecamatan Sekernan, Muaro Jambi, masih mengungsi karena khawatir rumahnya terbawa longsor di bantaran Sungai Batanghari. Sebagaimana diketahui, Logsor terjadi Kamis lalu, mengakibatkan satu rumah roboh dan jaringan listrik desa terputus. Dekatnya jarak rumah dan bibir sungai, membuat warga khawatir akan berlanjutnya longsor. Sekitar 20 rumah telah kosong ditinggal pemiliknya mengungsi ke rumah kerabat di sekitar desa. Rumah-rumah itu hanya berjarak tiga hingga 10 meter dari bibir tebing yang longsor. (ITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com