Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi BBM Bersubsidi Makin Tinggi

Kompas.com - 05/09/2012, 14:39 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -  Realisasi konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi di berbagai daerah di Tanah Air terus meningkat. Hingga akhir Agustus 2012, konsumsi BBM bersubsidi di sebagian besar provinsi telah melampaui kuota dalam APBN Perubahan 2012. Untuk itu, pemerintah tengah menyiapkan beberapa opsi untuk mengantisipasi kekurangan ketersediaan bahan bakar bersubsidi tersebut. 

Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Evita H Legowo, Rabu (5/9/2012), di Jakarta, realisasi konsumsi BBM bersubsidi di berbagai daerah di Tanah Air telah melebihi kuota dalam APBN-P 2012.   Untuk mengantisipasi jika jatah BBM bersubsidi telah habis, pemerintah akan meminta tambahan kuota BBM bersubsidi 4 juta kiloliter. Tambahan kuota itu untuk BBM bersubsidi jenis premium dan solar. Sementara kerosen atau minyak tanah tidak akan ditambah kuotanya karena masih di bawah target yang ditetapkan.  

" Kami sudah mengirim surat ke DPR untuk bertemu agar mendapat tambahan BBM bersubsidi. Kalau tidak besok ya Senin kami ketemu dengan Komisi VII DPR, kami akan sampaikan sekalian, memang waktunya sudah pas-pasan," kata dia.

Pembahasan dengan DPR itu diusahakan dilaksanakan paling lambat pada 10 September 2012 mendatang.   Penambahan kuota BBM bersubsidi itu hanya untuk daerah-daerah yang konsumsinya telah melebihi kuota. Untuk membagi kuota tambahan itu, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi akan mengecek berdasarkan kondisi penggunaan BBM bersubsidi di tiap daerah selama ini. "BPH Migas dan Pertamina yang tahu kondisi selama ini seperti apa," ujarnya.  

Jika belum  juga ada keputusan terkait penambahan kuota BBM bersubsidi, lanjut Evita, pihaknya akan mengatasi tingginya tingkat konsumsi BBM bersubsidi di sejumlah daerah dengan mengalihkan kuota minyak tanah ke premium atau solar. Oleh karena, sejauh ini konsumsi minyak tanah masih di bawah target pemerintah seiring dengan penerapan program konversi minyak tanah ke elpiji. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 26 April 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com