Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puskepi: Kuota BBM Selalu Jebol Bukan Hal Mengejutkan

Kompas.com - 06/09/2012, 09:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sofyano Zakaria, pengamat enerji dari Pusat Studi Kebijakan Publik-PUSKEPI menilai kuota BBM subsidi jebol bukanlah hal yang  mengejutkan. Pasalnya, hal seperti itu juga setiap tahunnya terjadi.

"Buat publik di negeri ini, kuota BBM bersubsidi yang selalu "jebol" dari yang ditetapkan setiap tahunnya, bukanlah hal yang mengejutkan lagi," ungkapnya, Jakarta, Rabu (5/9/2012).

Menurutnya, alasan-alasan yang disampaikan pejabat Pemerintah terkait jebolnya kuota BBM , selalu dan nyaris pengulangan. "Copy paste dengan alasan yang disampaikan setiap tahun ketika terjadinya jebol nya kuota BBM," ujarnya.

Lebih lanjut ia mengatakan alasan "jebolnya" kuota BBM dikaitkan dengan akibat dampak sosial, politik dan lingkungan, malah akan menampakan ke publik akan ketidakmampuan pemerintah mengatasi hal tersebut. Akhirnya menimbulkan kesan "lemahnya" kinerja Pemerintahan SBY.

Selain itu, jebolnya kuota BBM dengan menggunakan alasan asumsi pertumbuhan ekonomi yang ternyata melebihi perkiraan , ini akan mampu pula "menohok " terhadap kemampuan tim ekonomi SBY yang dikabarkan handal dalam membuat perhitungan pertumbuhan ekonomi.

Pun demikian dengan alasan jebolnya kuota BBM jika dikaitkan dengan tindakan penyelewengan dan penyalah gunaan, itu jelas akan sangat dimaklumi sebagai melemparkan kesalahan atas ketidak berdayaan BPH Migas sebagai lembaga pengawas terhadap BBM bersubsidi.

"Termasuk "melecehkan" keberadaan dan peran lembaga Polri dalam memberantas tindak kriminal seperti penyelewengan BBM bersubsidi. Bagi saya, logikanya, sangat tidak mungkin Pemerintah dalam hal ini kementerian ESDM, BPH Migas dan Pertamina, akan selalu gagal membuat perhitungan besaran konsumsi bbm bersubsidi pada setiap tahun," terangnya.

Dia melanjutkan, sangat mustahil jika jebolnya kuota BBM setiap tahun akibat asumsi perhitungan yang selalu meleset. Apalagi itu juga setiap tahun disepakati antara Pemerintah dengan DPR dalam menentukan besaran kuota BBM pada APBN yang pada akhirnya hal itu membuat kuota BBM harus dikoreksi ulang pada APBN-P.

Sofyano menegaskan, masyarakat di negeri ini nyaris jarang mendengar adanya penolakan DPR atas usulan besaran kuota BBM yang akan ditetapkan dalam APBN. "Yang sering diberitakan adalah penolakan atau alotnya pembahasan di DPR atas usulan penambahan kuota bbm dalam APBN-P," ujarnya. (Srihandriatmo Malau)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com