Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perokok Anak dan Remaja 51,7 Persen, Pemerintah Dinilai Gagal

Kompas.com - 14/09/2012, 09:31 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), mengaku prihatin atas kondisi anak di Indonesia yang semakin mengkhawatirkan, terutama terkait jumlah perokok anak. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan dianggap gagal melindungi anak Indonesia dari gencarnya industri tembakau.

Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait menyatakan keprihatinannya atas hasil survey Global Adult Tobacco Survey (GATS) yang dirilis Kementrian Kesehatan, 11 September 2012 lalu. Faktanya, jumlah perokok aktif di Indonesia mengalami peningkatan dan tertinggi di antara 16 negara berpendapatan menengah ke bawah.

"Sejalan dengan pernyataan Menkes, bahwa pemerintah telah gagal melindungi kesehatan rakyat, kami juga berpendapat, pemerintah memang belum berpihak kepada perlindungan kesehatan masyarakat, terutama anak-anak," ujar Arist melalui siaran persnya yang diterima Kompas.com, Kamis (13/9/2012) kemarin.

Arist memaparkan, survey tersebut melaporkan bahwa prevalensi merokok mencapai 67,4 persen laki-laki dan 4,5 persen wanita. Perokok pria dan wanita ini mencapai 36,1 persen dari komposisi penduduk atau ada sekitar 61,4 juta  penduduk yang mengonsumsi tembakau. Ironisnya, prevalensi perokok menurut usia dan gender pada kelompok usia 15 sampai 24 tahun, mencapau sebanyak 51,7 persen. Ini termasuk anak-anak dan remaja kelompok usia 15 hingga 18 tahun. Sebagai salah satu contoh yang paling baru di pemberitaan media masa, terdapat seorang balita berumur 2,5 tahun dari Jember, Jawa Timur yang menghabiskan rokok 2 bungkus per hari. Selain itu, ada juga anak balita serupa yang berdomisili di Sukabumi dan di Garut, Jawa Barat.

Menurut Arist, kondisi tersebut disebabkan oleh banyak hal, terutama lingkungan, entah lingkungan keluarga atau pun masyarakat. Hal itu dapat dilihat dari anak-anak yang kerap menjadi perokok pasif karena orang-orang di sekitarnya merokok. Belum lagi harga rokok yang terjangkau membuat anak-anak semakin terancam kondisi kesehatannya.

"Karena itu sudah saatnya pemerintah dan para pembuat kebijakan berdiri di sisi anak Indonesia untuk menghadapi agresivitas industri rokok dalam memasarkan produk adiksinya kepada anak-anak dan melindungi mereka dari asap rokok, bahkan di rumah sekalipun," lanjutnya.

Sebagai aktivis anak, Komnas PA berharap, anak dan orang tua di Indonesia tidak menghadapi situasi seperti ini, sendirian. Pasalnya, masa depan anak bukan hanya menjadi tanggung jawab orang tua saja, tetapi juga pemerintah, sesuai amanah undang-undang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Harga Emas Antam Meroket Rp 27.000 Per Gram Jelang Libur Paskah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com