Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencermati Rel Ganda

Kompas.com - 10/10/2012, 03:18 WIB

Kesan positif muncul setelah menyusuri proyek jalur rel ganda dari Cirebon, Jawa Barat, hingga Surabaya, Jawa Timur. Sebuah proyek pembangunan yang cukup masif dalam rentang ratusan kilometer.

Proyek jalur rel ganda Jakarta-Surabaya pernah diragukan banyak orang karena bukan hal mudah menambah 445 kilometer (km) lajur rel dalam jangka waktu dua-tiga tahun saja.

Tantangan pertama karena ini sebuah proyek perkeretaapian. Bukan apa-apa, proyek perkeretaapian praktis diabaikan selama ini. Ketika jalanan semakin macet, terjadi inefisiensi angkutan jalan raya, dan yang memprihatinkan sekitar 30.000 orang tewas setiap tahun di jalan raya, barulah muncul pemahaman pentingnya perkeretaapian.

Pekerjaan rel ganda berlangsung antara Cirebon-Brebes (63 km), Pekalongan-Semarang (90 km), Semarang-Bojonegoro (189 km), dan Bojonegoro-Surabaya (103 km). Dalam hitungan bulan, semua pekerjaan pendukung siap.

Proyek rel ganda tidak saja membuktikan bahwa kita bisa, tetapi juga menggerakkan perekonomian baik sekarang maupun setelah proyek rampung. Proyek ini mempekerjakan ratusan ribu pekerja lokal.

Pemasok pasir dan batu beroleh proyek. Ini belum termasuk warung di sepanjang 445 km jalur rel yang mendapat pelanggan baru dari pekerja proyek. Jika sudah rampung, industri semen dan beton semakin bergerak.

Menurut Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, kini kemajuan proyek mencapai 40 persen. Hingga akhir tahun 2012 ditargetkan mencapai 60 persen. Andai Badan Pertanahan Nasional bekerja lebih giat untuk tanah yang akan dibebaskan, proyek ini lebih cepat rampung.

Jujur saja, proyek ini lebih cepat terbangun karena adanya komitmen APBN yang kuat. Proyek jalur rel ganda juga terbantu oleh banyak pihak yang mengawasi proyek ini, di samping sosialisasi yang luas atas pentingnya transportasi berbasis rel.

Walau demikian, mencermati pekerjaan di lapangan, sesungguhnya belum tampak semangat dan kerja ”total”. Ketika jumlah backhoe dan dump truck masih dapat dihitung dari kereta inspeksi yang lewat, ini berarti masih ada banyak ruang untuk optimalisasi.

Ingatlah, dalam kondisi ”darurat infrastruktur” seperti saat ini, dibutuhkan laju pembangunan yang ekstra kencang. Jangan melambat sedikit pun. Pembangunan sarana perkeretaapian juga harus dipacu kencang dan lebih kencang lagi.

Sejauh ini, pengalaman pembangunan rel kereta api sudah berhasil dan teruji. Para pekerja berpengalaman ini nantinya dapat dikirim untuk membangun infrastruktur serupa di negeri ini. Dan, ini harus dilakukan sejak hari ini.(HARYO DAMARDONO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com