Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hinda Raup Omzet Rp 400 Juta dari Bisnis Dodol Garut

Kompas.com - 13/10/2012, 22:15 WIB

KOMPAS.com - Berawal dari bantu-bantu bisnis orangtua, Hinda Japar kini sukses menjadi pengusaha dodol di Garut, Jawa Barat. Dari usaha ini ia meraup omzet hingga Rp 400 juta per bulan.

Ada banyak variasi olahan makanan khas Kota Garut yang dipasarkannya dengan merek Pusaka dan Pusaka JS. Dodol Garut Pusaka merupakan bisnis yang dirintis oleh orang tua Hinda sejak tahun 1970-an.

Awalnya dodol Pusaka merupakan usaha rumahan dengan skala kecil. Hinda kemudian mengambil alih bisnis orangtuanya itu pada 2005. Hingga saat ini, Hinda menjabat Direktur Perusahaan Dodol Garut Pusaka.

Dalam sehari, pabrik dodol milik Hinda bisa memproduksi rata-rata 1 ton dodol. Harga dodol di tingkat pabrik Rp 16.500 – Rp 17.000 per kilogram (kg). “Jadi, omzet saya dalam sebulan mencapai Rp 400 juta,” kata Hinda.

Selain pabrik, Hinda juga memiliki dua toko untuk memasarkan produk dodol buatannya itu. Di dua toko itu, ia menjual pelbagai varian dodol, seperti dodol dengan rasa buah-buahan dan rujak dodol.

Pria 43 tahun ini sudah mulai membantu bisnis orang tuanya sejak tamat dari bangku SMA pada tahun 1989. Tapi, baru tahun 2005 ia memegang tampuk kepemimpinan di perusahaan keluarga itu.

Saat mulai dikendalikannya, usaha warisan orang tua ini memiliki kelemahan di bidang pemasaran. Ketika itu, Dodol Pusaka hanya dipasarkan di wilayah Garut. Namun, setelah beberapa tahun dikelola Hinda, wilayah pemasarannya meluas hingga ke Jakarta, Bandung, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Kalimantan.

Kebanyakan, konsumennya merupakan pedagang makanan di daerahnya masing-masing. Biasanya, mereka menjual lagi dodol buatannya dengan harga Rp 30.000 hingga Rp 60.000 per kotak.

Menurut Hinda, pelanggannya di Kalimantan ada yang memasok dodolnya ke beberapa pusat perbelanjaan. Sementara pelanggannya di Jawa Timur ada yang memasok ke toko oleh-oleh di beberapa tempat wisata.

---

Hinda Japar sudah ikut membantu kedua orang tuanya mengelola usaha pembuatan dodol sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Tepatnya sejak tahun 1970-an. "Saya hanya bertugas membantu produksi di pabrik kecil milik orang tua," katanya.

Sebagai anak pertama di keluarganya, Hinda memang dipersiapkan untuk meneruskan bisnis orang tuanya ini. Di tahun 1970-an itu, menurut Hinda, bisnis dodol Pusaka milik orang tuanya masih skala kecil.

Baru di tahun 1990-an, merek dodol Pusaka dikenal oleh masyarakat Jawa Barat. Sejak saat itu, dodol Pusaka diproduksi dalam jumlah besar.  Makanya, ketika lulus sekolah menengah atas (SMA) pada 1989, Hinda memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolah. Ia memilih fokus membantu orang tuanya membesarkan usaha.

Oleh orang tuanya, ia diberi tugas mengurus produksi dan pemasaran dodol Pusaka. Pada tahun 2005, usaha dodol ini baru diwariskan ke Hinda. Langkah pertama yang dilakukannya saat menerima usaha ini adalah memperkuat produksi. "Saat itu saya langsung membangun pabrik sendiri," ujarnya.

Hinda sempat mengalami kekurangan dana untuk membangun pabrik. Pasalnya, ia butuh pabrik skala besar yang bisa memproduksi dodol dalam jumlah banyak. Selain biaya buat membangun pabrik, ia juga perlu biaya lumayan besar buat membeli tanah.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

    HMSP Tambah Kemitraan dengan Pengusaha Daerah di Karanganyar untuk Produksi SKT

    Whats New
    BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

    BCA Finance Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1 Semua Jurusan, Cek Syaratnya

    Work Smart
    Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

    Pemerintah Sebut Tarif Listrik Seharusnya Naik pada April hingga Juni 2024

    Whats New
    Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

    Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

    Whats New
    Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

    Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

    Earn Smart
    7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

    7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

    Whats New
    'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

    "Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

    Whats New
    IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

    IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

    Whats New
    Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

    Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

    Whats New
    Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

    Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

    Whats New
    Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

    Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

    Whats New
    Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

    Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

    Whats New
    Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

    Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

    Whats New
    Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

    Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

    Whats New
    Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

    Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

    BrandzView
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com