Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Anjlok Membayangi

Kompas.com - 16/10/2012, 04:44 WIB

CIREBON, KOMPAS - Petani garam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, bersukacita menjalani panen raya tahun ini. Kemarau panjang di kawasan pantai utara Jawa Barat ini membuat masa panen garam kali ini lebih panjang 2,5 bulan daripada tahun 2011. Namun, petani tetap dibayangi harga yang anjlok.

Masalah klasik berupa rendahnya harga pada masa panen melimpah tetap membuat petani cemas.

Panen melimpah itu terlihat dari kesibukan petani garam di Desa Waruduwur, Kecamtan Mundu, dan Desa Rawa Urip, Kecamatan Pangenan. ”Kemungkinan besok (Selasa) sudah bisa dipanen,” kata Carmin (37), petani garam di Waruduwur, Senin (15/10).

Ia menikmati panen garam selama hampir lima bulan pada tahun ini. Waktunya dua kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu. Panen perdana dilakukan sejak Juni. Total, Carmin sudah memanen 130 ton dari tambaknya seluas 1,5 hektar.

”Panas matahari pada kemarau kali ini cukup terik. Dalam tiga hari garam sudah bisa jadi dan siap panen,” ujarnya.

Petani senang dengan masa panen garam yang lebih panjang tahun ini. Sayangnya, harga garam turun lantaran produksi melimpah. Setiap 1 kilogram (kg) garam kini dihargai Rp 300 oleh pengepul. Harga itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga tahun lalu, Rp 700 per kg.

Meski demikian, Carmin mengaku masih mendapatkan untung pada panen panjang kali ini. ”Kalau dihitung-hitung, jatuhnya kami rugi tenaga karena mengurusi tambak selama lima bulan, sedangkan harga rendah. Kalau tahun lalu cuma mengurus tambak 2,5 bulan, tetapi harganya tinggi. Perbedaan untungnya tak beda jauh,” ungkap Carmin.

Di sisi lain, petani garam juga menyoroti masuknya garam impor sebelum panen raya petani lokal. Dari lahan garam rakyat di Waruduwur, berjarak sekitar 500 meter, ada pabrik pengolahan garam besar yang salah satu bahan bakunya dari Australia.

Ketua Asosiasi Pengusaha Garam Jawa Barat Cucu Sutara mengatakan, pihaknya selama ini masih menoleransi masuknya garam Australia. Sebab, garam jenis ini kualitasnya lebih baik dan belum bisa dipenuhi oleh garam lokal. Namun, untuk impor garam dari India, pihaknya tegas menolak. Alasannya, garam itu kualitasnya setara dengan garam lokal.

Kepala Bidang Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon Supardi mengatakan, produksi garam lokal Cirebon tahun ini diperkirakan lebih dari 150.000 ton. Cirebon menyumbang 100.000 ton garam per tahun.

Sementara itu, lokakarya tentang usaha garam rakyat di Semarang, Jateng, menekankan keseriusan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Selain memohon harga garam tidak dipatok dengan standar kualitas (Kw1, Kw2, dan Kw3), petani juga berharap pemerintah segera bertindak menstabilkan harga di lapangan, minimal Rp 400 per kg. (REK/SON/SEM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com