Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ignasius Jonan, Ingin Layanan KA seperti Pesawat

Kompas.com - 16/10/2012, 07:43 WIB
Didik Purwanto

Penulis

KOMPAS.com — Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero Ignasius Jonan adalah perokok berat. Namun, dia sangat benci kepada orang yang merokok sembarangan. Itulah salah satu kebijakan yang diutamakan oleh mantan petinggi Citibank kawasan Asia ini.

Jonan, begitu sapaannya, menerapkan larangan bagi penumpang yang naik kereta api untuk merokok sembarangan. Lantas, bagaimana seorang pecandu rokok malah melarang orang lain untuk berhenti merokok? Jonan punya jurus untuk menjawabnya. "Saya tidak melarang merokok, cuma saya melarang penumpang untuk merokok di dalam kereta. Saya ini kan juga perokok berat, tapi saya bisa berhenti merokok kalau di dalam kereta. Saya bisa, Anda juga harus bisa," kata Jonan.

Saat ini, di dalam kereta api yang berjalan, perseroan telah memasang air conditioner (pendingin udara). Menurutnya, dengan pemasangan AC itu maka penumpang dilarang untuk merokok sembarangan. Papan larangan merokok pun juga telah dipasang di seluruh stasiun di Pulau Jawa dan Sumatera. Jika mau merokok, kata Jonan, penumpang bisa menuju ke tempat untuk merokok yang telah disediakan di sudut stasiun kereta.

Namun lagi-lagi, tempat untuk merokok (smoking room) ini memang disediakan agak jauh dari tempat publik. "Larangan merokok harus diterapkan karena banyak didukung oleh banyak pihak dan tidak ada yang protes," katanya.

Bagi penumpang yang melakukan perjalanan jauh di kereta, Jonan pun tidak menyediakan smoking room. Langkah ini seakan dianggap tidak adil, khususnya bagi masyarakat yang ingin merokok di waktu-waktu khusus. "Sekarang saya katakan kepada Anda, apakah di pesawat ada ruangan untuk smoking room? Tidak ada kan. Nah, saya ingin layanan di kereta api seperti di dalam pesawat," jelasnya.

Mau tidak mau, kata Jonan, penumpang yang sudah kebelet untuk merokok, bisa merokok saat kereta berhenti. "Asal jangan ketinggalan kereta saja. Risiko ditanggung sendiri. Saya bilang selama di dalam perjalanan kereta tidak boleh merokok," jawabnya.

Larangan merokok dengan bebas, kata Jonan, sebenarnya sudah diimbau oleh beragam lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun pemerintah bahwa merokok tersebut dapat mengganggu kesehatan baik terkena penyakit TBC akut, impotensi, merusak janin dalam kandungan, dan sebagainya.

Sekadar catatan, Ignasius Jonan dilantik menjadi bos KAI pada 25 Februari 2009. Beliau lahir pada 21 Juni 1963 di Singapura. Ayahnya, Jusuf Jonan, adalah pengusaha, sedangkan ibunya putri seorang pejabat tinggi Singapura. Sampai umur 10 tahun, ia hidup di Singapura dan berlanjut ke Surabaya.

Ia kemudian kuliah Akuntansi di Universitas Airlangga, Surabaya, setelah sebelumnya sekolah di SMA St Louis, Surabaya. Lulusan International Relations and Affairs, Fletcher School of Law and Diplomacy dan Harvard Law School, US ini pernah berkarier di PT Bahana Pembiayaan Usaha Indonesia (BPUI) dan Citi Grup.

Jadi, benar-benar urusannya tidak ke transportasi. Jonan berhasil mengubah perusahaan KAI dari rugi Rp 83,4 miliar pada 2008 menjadi untung Rp 153,8 miliar pada 2009 dan seterusnya di atas Rp 200 miliar.

Banyak terobosan dilakukan meski diakui kadang tidak sempurna. Karena sudah kebiasaan menjadi perokok berat, Jonan pun pernah disentil oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan.

"Bagi saya, yang penting upaya yang saya lakukan ini bermanfaat untuk banyak orang," katanya.

Ikuti artikel profil lainnya di rubrik Sosok

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

    Whats New
    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

    Whats New
    Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

    Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

    Whats New
    Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

    Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

    Work Smart
    Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

    Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

    Whats New
    Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

    Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

    Whats New
    Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

    Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

    Whats New
    Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

    Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

    Whats New
    Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

    Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

    Work Smart
    Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

    Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

    Whats New
    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

    Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

    Spend Smart
    Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

    Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

    Spend Smart
    Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

    Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

    Work Smart
    Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

    Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

    Whats New
    SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

    SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com