Auckland, Kompas -
Penandatanganan kerja sama dilakukan Presiden Direktur Pertamina Geothermal Energy (PGE) Slamet Riadhy dengan Direktur Eksekutif Geothermal New Zealand (Geonz) Mike Allen, di Auckland, Selandia Baru, Jumat (14/12). Wartawan Kompas
Kerja sama itu mencakup studi kelayakan dan pengembangan sistem binary pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulu Belu di Lampung yang saat ini berkapasitas terpasang 110 megawatt (MW). Pembangunan sistem binary untuk pertama kalinya itu diharapkan menambah daya pembangkit hingga 30 MW. Biaya investasi sistem binary tersebut sekitar 50 juta dollar AS yang berasal dari Geonz.
”Kami berharap sistem binary untuk penambahan kapasitas terpasang akan dapat diterapkan pada semua pembangkit listrik panas bumi yang sudah ada sehingga terjadi peningkatan kapasitas daya,” ujar Slamet.
Penandatanganan kerja sama tersebut merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman antara Pemerintah Indonesia dan Selandia Baru untuk kerja sama bidang energi terbarukan. PGE juga telah menjalin kerja sama dengan Auckland University untuk peningkatan kapasitas dan pendidikan pascasarjana di bidang panas bumi.
Hon Murray McCully menyampaikan dukungan terhadap kerja sama pengembangan industri panas bumi. ”Kerja sama ini tidak akan berhenti di sini. Masih akan ada banyak kerja sama lain untuk mendorong pengembangan industri geotermal di Indonesia,” ujarnya.
Slamet mengemukakan, peningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik milik PGE akan ditunjang dengan penambahan kapasitas terpasang panas bumi hingga 800 persen, yakni dari 300 MWe (setara megawatt) menjadi 2.090 MWe atau terbesar di Indonesia pada tahun 2014-2015.
Peningkatan kapasitas terpasang PLTP menjadi 800-1000 MW dapat menghemat pemakaian BBM sebanyak 50.000 barrel per hari atau senilai 1,82 miliar dollar AS per tahun. Saat ini, negara menghabiskan Rp 28,6 triliun untuk BBM bagi keperluan pembangkit listrik PT PLN.