Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Butuh 2,7 Juta Tenaga Lulusan Teknik

Kompas.com - 18/12/2012, 22:03 WIB
Haryo Damardono

Penulis

   

PHNOM PENH, KOMPAS.com-Peningkatan intensitas pembangunan infrastruktur di Indonesia yang dipastikan meningkat dalam dekade mendatang seharusnya diantisipasi secara mendalam .Salah satu hal yang menurut Persatuan Insinyur Indonesia (PII) sangat penting, krusial, dan mendesak untuk diantisipasi secara sangat serius adalah kebutuhan sumberdaya manusia, khususnya bidang teknik.

"Kami semua memahami bahwa sampai saat ini pembangunan infrastruktur di Indonesia menjadi tantangan besar untuk mengembangkan ekonomi negara kami. Kami juga memahami bahwa infrastruktur merupakan komponen kunci dalam upaya untuk menarik investasi lebih besar bagi ekspansi ekonomi Indonesia. Ironisnya, pada saat yang sama, minat kalangan muda untuk menjadi tenaga ahli di bidang teknik, justru menurun. Ini sangat memprihatinkan," kata Bobby Gafur Umar, Ketua Umum PII saat berbicara di acara Conference of the ASEAN Federation of Engineering Organizations ke-30 di Phnom Penh, Kamboja, Senin (18/12/2012).

CAFEO ke-30 tahun ini mengusung tema Advantage of the Integration of Engineering Services for Least Developed ASEAN Member Countries, berlangsung dari 16 - 19 Desember 2012.  

Menurut Bobby, peringkat Indonesia dalam pengadaan infrastruktur masih rendah. Berdasarkan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum), untuk kualitas infrastruktur jalan, Indonesia hanya berada di peringkat 105 pada tahun 2008, peringkat 95 pada tahun 2009, peringkat 84 pada tahun 2010 dan peringkat 83 pada 2011.

"Salah satu tantangan Indonesia adalah kurangnya SDM yang berkompetensi mendukung pembangunan infrastruktur tersebut. Minat kalangan muda Indonesia terhadap teknologi justru menurun saat Indonesia sedang berusaha keras menggenjot pembangunan infrastruktur," kata Bobby, dalam surat elektroniknya.

Menurut dia, pembangunan infrastruktur di Indonesia membutuhkan sumber daya manusia dengan kualifikasi profesional dan pendidikan tinggi di bidang teknik sebanyak 2, 75 juta orang hingga tahun 2025.

"Angka tersebut bisa dicapai jika Indonesia dapat mencetak SDM lulusan pendidikan teknik sebanyak 57.000 per tahun pada 2015 hingga 163.5000 per tahun pada 2025," ujar Bobby. PII sendiri memperkirakan, jumlah kebutuhan sumber daya manusia tersebut dapat mendukung pembangunan infrastruktur senilai 188 juta dollar AS .

Sebagai catatan, saat ini hanya ada sekitar 750.000 insinyur dari berbagai bidang di Indonesia. "Padahal, intensitas, bobot, kualitas dan proses pembangunan di Indonesia menuntut keahlian, kehandalan, kemampuan serta kompetensi dari bidang teknik yang dikuasai oleh para insinyur ," ungkap Bobby.   

Jumlah 750.000 orang insinyur tersebut sangat tidak sebanding dengan jumlah penduduk Indonesia. Jumlah insinyur di Indonesia, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, hanya mencapai 164 orang per satu juta penduduk. Ini masih sangat kurang. "Harus ada upaya serius untuk dapat mencetak jumlah insinyur yang lebih banyak. Jika tidak, kita akan mengalami krisis insinyur," kata Bobby.

Bobby juga memaparkan data-data lain. Tahun 2010, sumber daya manusia Indonesia pada bidang teknik dengan kualifikasi tinggi hanya mencapai 7,2 persen saja. Sebesar 63 persen dari 7,2 persen tersebut merupakan lulusan sarjana atau strata tingkat satu dan sisanya adalah diploma.

PII memperkirakan Indonesia harus mencetak sedikitnya 185.000 sarjana teknik per tahunnya pada tahun 2025 agar tujuan pembangunan infrastruktur tercapai.    

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com