Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Bisa Keluar dari Jebakan Kelas Menengah

Kompas.com - 19/12/2012, 07:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com -  Infrastruktur adalah jantung pembangunan sekaligus tulang punggung kesatuan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pemerintah harus mengarahkan berbagai sumber daya bagi upaya percepatan pembangunan infrastruktur.

Demikian benang merah Indonesia Infrastructure Outlook 2013 yang diselenggarakan harian Kompas dan Bank Negara Indonesia di Jakarta, Selasa (18/12/2012). Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menjadi pembicara kunci dalam seminar yang dibuka Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama itu.

Acara digelar dalam dua sesi. Sesi pertama dipandu Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Unika Atma Jaya Jakarta A Prasetyantoko. Sesi kedua dipandu Guru Besar Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali.

Sesi pertama menghadirkan tiga narasumber: Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak, Asisten Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Transportasi Rudi Siahaan, serta Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Kementerian Koordinator Perekonomian Lucky Eko Wuryanto.

Sesi kedua menghadirkan narasumber Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo, Direktur Utama PT Hutama Karya Tri Widjajanto Joedosastro, Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S Sunoko, dan Direktur Utama PT Pelabuhan Indonesia II RJ Lino.

”Infrastruktur merupakan syarat yang harus ada untuk selanjutnya melakukan pembangunan, untuk selanjutnya menggerakkan lalu lintas yang mengangkut barang, mengangkut penumpang, dan secara tidak kita sadari merupakan tulang punggung dari kesatuan bangsa dan negara kita,” kata Jakob.

Hatta mengutip pernyataan mantan Presiden Bank Dunia Robert B Zoellick, minimnya infrastruktur adalah satu dari tiga penyebab mengapa sebagian besar negara berpendapatan menengah tidak mampu beranjak menjadi negara maju.

”Terjebak sebagai negara berpendapatan menengah (middle income trap). Ini juga bisa dialami Indonesia jika tidak melakukan percepatan pembangunan infrastruktur. Indonesia saat ini masuk negara berpendapatan menengah,” ujar Hatta.

Hatta mengatakan, penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan fokus belanja modal untuk pembangunan infrastruktur sangat penting. Namun, APBN saja tidak cukup sehingga dibutuhkan sumber pendanaan di luar APBN.

Anggaran infrastruktur idealnya minimal 5 persen dari produk domestik bruto (PDB). Alokasinya dalam APBN tahun 2013 adalah Rp 203 triliun. Sementara alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah Rp 96 triliun. Dengan demikian, total anggaran pemerintah baru Rp 299 triliun. Jika proyeksi PDB tahun 2013 adalah Rp 9.300 triliun, alokasi anggaran pemerintah baru 3,2 persen.

Namun, Hatta melanjutkan, sudah ada komitmen dari badan usaha milik negara (BUMN) dan swasta yang terdaftar dalam Rencana Induk Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Alhasil, total anggaran infrastruktur untuk tahun 2013 senilai Rp 438,1 triliun atau 4,71 persen dari PDB.

”Ini sudah mendekati 5 persen PDB. Persoalannya adalah jangan sampai dana yang sudah teralokasi, di mana itu pun masih kurang, penyerapannya tersendat- sendat,” kata Hatta.

Pada 2014, Hatta menambahkan, pemerintah menargetkan pembangunan infrastruktur bisa menurunkan biaya logistik menjadi 10 persen dari biaya produksi. Saat ini porsinya masih 14,08 persen. Ukuran standarnya adalah 7 persen.

Tidak serius

Hermanto Dardak menyatakan, tantangan yang jamak dalam pembangunan infrastruktur ialah besarnya kebutuhan anggaran, lahan belum tersedia, dan proyek tidak layak secara finansial. Dalam hal anggaran, peran perbankan sangat besar dalam menerobos kebuntuan yang ada. Namun, skema kredit harus sejalan dengan karakteristik proyek, misalnya bunga lebih rendah, tenor lebih lama, dan pola pengembalian sejalan perkembangan pendapatan.

Halaman:
Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

    Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

    Spend Smart
    Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

    Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

    Work Smart
    Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

    Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

    Whats New
    SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

    SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

    Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

    Whats New
    Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

    Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

    Whats New
    [POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

    [POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

    Whats New
    Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

    Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

    Spend Smart
    Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

    Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

    Whats New
    Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

    Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

    Whats New
    Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

    Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

    Whats New
    Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

    Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

    Whats New
    Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

    Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

    Work Smart
    Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

    Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

    Spend Smart
    Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

    Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com