Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Italia Lirik Potensi Sabut Kelapa Indonesia

Kompas.com - 23/12/2012, 21:55 WIB
Nasrullah Nara

Penulis

  JAKARTA, KOMPAS.com - Potensi sabut kelapa Indonesia yang amat besar mengundang perhatian sejumlah pengusaha asal Italia untuk melakukan kerja sama dengan Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI) mengembangkan serbuk sabut kelapa ( coco peat) sebagai media tanam, pupuk organik dan bedding animal.   

Dalam nota kesepahaman yang ditandatangani di kantor PT Mahligai Indococo Fiber di Bandar Lampung, pekan lalu, pihak Italia diwakili Direktur Biococo Technology, Vincenzo Muolo dan AISKI diwakili Ketua Umum AISKI, Efli Ramli.  

Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan AISKI, Ady Indra Pawennari dalam siaran persnya yang diterima Kompas, Minggu (23/12/2012), mengungkapkan, penandatanganan nota kesepahaman tersebut merupakan angin segar bagi pertumbuhan industri sabut kelapa di tengah memburuknya kinerja perdagangan nasional akibat perlambatan ekonomi dunia.  

"Ini berita positif di penghujung tahun 2012. Perlambatan ekonomi dunia telah berdampak buruk pada kinerja perdagangan sabut kelapa nasional, terutama terhadap negara-negara tujuan ekspor utama seperti China, Korea, Jepang, Eropa dan Amerika Serikat," ujarnya.  

Menurut Ady, selain Italia, sejumlah negara lainnya, seperti Korea, Jepang, Jerman, Kanada dan Belanda juga telah melakukan penjajakan dengan AISKI untuk mengembangkan kerja sama sejenis di negara masing-masing.  

"Untuk tahap awal, Italia butuh supply coco peat sekitar 300 kontainer. Selain untuk media tanam dan bahan baku pupuk organik, Italia juga butuh coco peat untuk bedding animal. Coco peat yang dijadikan tempat tidur hewan ternak, mampu menyerap kotoran ternak, sehingga kandang selalu bersih, kering dan tidak bau," jelasnya.  

Selain menyepakati kerja sama pengembangan coco peat sebagai media tanam, pupuk organik dan bedding animal, Vincenzo, pengusaha asal Italia tersebut, juga tertarik untuk menggarap sabut kelapa Indonesia menjadi briket bahan bakar sebagai energi alternatif.  

"Beberapa negara Eropa sudah mulai mengantisipasi menipisnya bahan bakar fosil dengan menggantinya dengan bahan bakar alternatif. Namun, minimnya sumber biomassa membuat mereka harus bekerja sama dengan negara-negara yang kaya biomassa dari pertanian, industri kayu, dan kehutanan," tambah Ady.  

Indonesia adalah produsen buah kelapa terbesar di dunia dengan produksi mencapai 15 miliar butir per tahun. Namun, sabutnya baru dapat diolah sekitar 3,2 persen menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi, sisanya dibuang dan dibakar.  

Setiap butir buah kelapa menghasilkan sabut kelapa rata-rata seberat 0,60 kilogram. Dengan demikian, Indonesia berpotensi menghasilkan sabut kelapa yang dapat diolah menjadi energy alternatif sebanyak 9 juta ton per tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com