Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono mengungkapkan hal ini di Jakarta, Selasa (8/1). Dia didampingi Ketua Bidang Pemasaran Susanto, Ketua Bidang Advisory & Grievances Ibrahim Pidie, dan Direktur Eksekutif Gapki Muhammad Fadhil Hasan.
”Sekarang bagaimana pemerintah lebih serius mendorong hilirisasi CPO untuk mengantisipasi pelemahan pasar ekspor. Dengan mendorong konsumsi biodiesel, produksi CPO tahun 2013 yang pasti lebih tinggi dari tahun 2012 akan terserap dengan baik meski permintaan pasar global melambat,” kata Joko.
Harga CPO selama enam bulan terakhir terus melemah akibat penurunan permintaan global dan tren ini bakal berlanjut selama kuartal pertama tahun 2013. Sepanjang tahun 2012, harga CPO rata-rata di Rotterdam, Belanda, mencapai 999,7 dollar AS (Rp 9,6 juta) per ton, turun dari 1.126,1 dollar AS (Rp 10,8 juta) per ton tahun 2011.
Susanto memperkirakan,
”Harga CPO yang sempat menyentuh 1.100 dollar AS per ton, Februari 2012, mulai turun menjadi 990 dollar AS per ton sejak Juli hingga menyentuh 771 dollar AS per ton ke Desember.
Harapan agar pemerintah mendorong konsumsi biodiesel domestik sangat beralasan. Indonesia sudah punya Peraturan Presiden Nomor 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional dan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral 32/2008.
Peraturan Menteri ESDM mengatur penggunaan bahan bakar nabati (BBN) seperti biodiesel, bioetanol, dan minyak nabati murni untuk transportasi, industri, dan pembangkit listrik. Ketentuan ini mewajibkan penggunaan BBN secara bertahap dari 2,5 persen sejak Oktober 2008, sampai 20 persen tahun 2025.
Namun, sejauh ini implementasi masih lemah sehingga utilisasi industri biodiesel yang berkapasitas 4,5 juta ton per tahun baru mencapai 30 persen. Fadhil mengatakan, produksi biodiesel 1,5 juta ton per tahun menunjukkan ada peluang meningkatkan konsumsi CPO domestik.