Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Empat Sebab Nilai Tukar Rupiah Melemah

Kompas.com - 14/01/2013, 02:45 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Ekonom Danareksa Research Institute Purbaya Yudhi Sadewa menjelaskan ada empat sebab nilai tukar Rupiah melemah. Hal itu disebabkan oleh faktor eksternal dan internal.

"Pergerakan nilai tukar rupiah saat ini dinilai tidak wajar. Pergerakan tersebut sudah di atas rata-rata prediksi analis pasar," kata Purbaya di Jakarta, Senin (14/1/2013).

Menurut Purbaya, penyebab pertama adalah sentimen negatif terhadap memburuknya neraca pembayaran, khususnya neraca berjalan (current account). Hal ini disebabkan karena perlambatan ekspor sementara impor bertumbuh cukup pesat.

Kedua, masih ada ketidakpastian penyelesaian krisis hutang Eropa. Sehingga masih ada investor yang melakukan safe haven. Ketiga, Purbaya menilai Bank Indonesia (BI) kurang memadai dalam mengintervensi Rupiah. Ini berbeda dengan bulan Agustus-September 2011 saat bank sentral dinilai all out menguatkan Rupiah.

Keempat, likuiditas dollar AS terbatas akibat tidak terbatasnya repatriasi ekspor. Serta terbatasnya instrumen penempatan dana valas di dalam negeri. "Nilai wajar Rupiah saat ini sekitar Rp 9.300 per dollar AS. Namun kini justru melemah hingga di atas Rp 9.500 per dollar AS," tambahnya.

Jika tidak diantisipasi, Rupiah bisa melemah hingga Rp 10.000 per dollar AS. Namun pelemahan ke level sakral tersebut dinilai tidak akan lama. "Indikator makro ekonomi Indonesia masih membaik. Sehingga masih ada harapan Rupiah kembali menguat," katanya.

Hal itu ditunjukkan oleh arus modal asing (capital inflow) masih deras. Selama November 2012 masih ada net buy asing di pasar obligasi Rp 19,5 triliun dan Rp 290 miliar selama Desember 2012.

Di pasar saham masih terjadi net sale asing Rp 3,1 triliun di November karena isu fiscal cliff dan Yunani. Serta ada net buy sebesar Rp 100 miliar. Dana asing juga cenderung meningkat yang diindikasikan dari cadangan devisa.

Hingga akhir Desember 2012 sudah ada 112,78 miliar dollar AS. "Indikator lainnya seperti inflasi, aktivitas perekonomian masih meningkat, suku bunga acuan BI tetap rendah dan pelaku bisnis juga baik," tambahnya.

Prediksinya, Rupiah akan menguat ke level Rp 9.059 per dollar AS atau Rp 9.185 untuk rata-rata dalam setahun. Posisi yang masih lemah hanya didorong oleh ekspektasi pelaku pasar serta masih adanya ketidakpastian di Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com