Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelom Geulis Itu Tetap Dicari...

Kompas.com - 24/01/2013, 09:14 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

KOMPAS.com – Toko sederhana itu berada di pinggir jalan yang tak asing bagi wisatawan yang mengunjungi Kota Bandung, Jawa Barat. Tepat di sebelah utara Jalan Cihampelas yang dipadati kendaraan dan orang lalu-lalang, toko sandal itu tetap memikat peminatnya selama berpuluh-puluh tahun.

Kelom Geulis Keng, merupakan sebuah toko sejak tahun 1942 yang khusus menjual aneka sandal kelom yaitu sandal dari kayu. Ada beragam kelom yang dijual di tempat ini. Mulai dari berhak tiga centimeter sampai 15 centimeter. Pun tersedia kelom untuk pria.

"Pilih ukuran yang benar-benar pas, jangan pilih ukuran yang lebih besar, supaya tidak sakit," saran Yamin, pada suatu sore saat saya berkunjung untuk membeli kelom.

Semua kelom hadir dengan ukiran-ukiran dengan dominan motif bunga. Sesuai namanya, “geulis” atau “cantik” dalam bahasa Sunda, sandal-sandal kayu itu tampil begitu cantik. Kelom geulis memang kerajinan khas Tasikmalaya.

Tetapi di Bandung, sandal kayu ini pernah mengalami masa kejayaan di era tahun 1960-an. Kini, toko Kelom Geulis Keng yang sudah melewati tiga generasi itu bukan sekadar toko sederhana penjual sandal. Toko ini cerminan sebuah budaya yang dilestarikan di tengah modernisasi.

Coba tengok ke Jalan Cihampelas di bagian selatan, ramainya bukan main. Toko-toko factory outlet memenuhi jalan, menjajakan kaus dan baju dengan desain terbaru. Melangkahlah ke utara dari keramaian Jalan Cihampelas di area mal Cihampelas Walk.

Cukup berjalan kaki sekitar 15 menit toko Kelom Geulis Keng bisa Anda temukan di sisi jalan. Rumah gaya lama dengan plang merah bertuliskan “Kelom Geulis Keng” tampak bersahaja. Sepi, berbeda dengan ramainya factory outlet yang jaraknya begitu dekat.

Di dalam, rak kayu penuh dengan alas kelom yang terbuat dari kayu. Sementara lemari kaca di depannya penuh dengan kelom yang sudah jadi. Pengunjung bisa memilih sendiri alas kayu dan sabuk kulit sebagai  penahan jemari.

Warna-warna alas kaki dibiarkan natural, cokelat kayu. Namun ada pula warna hitam maupun putih susu. Bentuk haknya bermacam-macam, bentuk kotak, bulat, maupun hak seperti biasa. Sedangkan sabuk kulit diberi hiasan mote dan sulam serta hadir dalam beragam warna.

Toko “Kelom Geulis Keng” berada di Jalan Cilampelas Nomor 205. Yamin sendiri merupakan generasi ketiga yang mewarisi toko tersebut. Keng, kakek Yamin, yang memulai usaha itu.

Saat membeli kelom, pengunjung cukup memilih alas kaki yang diinginkan lalu sesuaikan nomor yang tersedia. Ukuran-ukuran besar di atas nomor 41 untuk perempuan memang jarang tersedia. Hanya beberapa model saja.

Kemudian, pengunjung bisa memadukannya dengan sabuk kulit yang diinginkan.  Nah, setelah itu barulah Yamin memasangkan sabuk ke alas kaki. Dia memalu paku kecil agar sabuk menempel ke alas kaki. Harganya berkisar mulai dari seratus ribuan rupiah.

Di alas kaki, terdapat cap bertuliskan “Keng”. Lengkapnya bertuliskan “Perusahaan Kelom Geulis Keng, Made in Indonesia”. Sebuah cap bersahaja yang seakan ingin berteriak kalau sandal kayu tersebut asli tradisi budaya Indonesia.

Ikuti Twitter Kompas Travel di @KompasTravel

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Per Februari 2024, Jumlah Pengangguran RI Turun Jadi 7,20 Juta Orang

Whats New
Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Pembangunan Infrastruktur di Australia Jadi Peluang untuk Produsen Baja Lapis RI

Whats New
KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

KAI Ubah Pola Operasi, 21 Kereta Berhenti di Stasiun Jatinegara

Whats New
Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Kejar Target 1 Juta Barrel Minyak, Industri Hulu Migas Hadapi Keterbatasan Rig

Whats New
PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

PGN Suplai Gas Bumi untuk Smelter Tembaga Freeport

Whats New
KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

KKP Kembangkan Jejaring Perbenihan Nasional Ikan Nila

Whats New
Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Kemenhub Evaluasi Pola Pengasuhan di STIP Jakarta

Whats New
Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Konsumsi Rumah Tangga Kembali Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi Indonesia pada Kuartal I-2024

Whats New
Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Frekuensi Perjalanan LRT Jabodebek Ditambah, Waktu Tunggu Lebih Cepat

Whats New
Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Kepala Bappenas Sebut Pembangunan IKN Capai 80,82 Persen

Whats New
Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Simak Kurs Rupiah Hari Ini di BCA hingga BNI

Spend Smart
Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Tutup, Bagaimana Prospek Sahamnya?

Earn Smart
Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Ada Regulasi Ketransmigrasian Baru, Kemendes Sebut Sebagai Modal Pengembangan Transmigrasi Modern

Whats New
Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Bagaimana Rekomendasi IHSG Pekan Ini? Simak Aneka Sentimen yang Memengaruhinya

Whats New
Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Kepala Bappenas: Selama 10 Tahun Terakhir, Pertumbuhan Ekonomi Stabil di Angka 5 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com