Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Monorel Buatan Dalam Negeri

Kompas.com - 12/02/2013, 07:32 WIB

BEKASI, KOMPAS.com - Monorel yang akan menjadi moda transportasi perkotaan, telah bisa dibuat di dalam negeri. Namun untuk menguji ketahanan dan kualitas monorel, dibutuhkan trek untuk uji coba dan standar nasional. Untuk itu pemerintah diminta segera menyiapkan semua keperluan tersebut.

Kusnan Nuryadi, Presiden Direktur PT Melu Bangun Wiweka (MBW), yang telah membuat monorel di bengkelnya di kawasan Cibitung, Bekasi, mengatakan, monorel buatannya ini telah memakai komponen lokal sebanyak 80 persen. Komponen yang masih impor adalah motor dan traksi.

Kapasitas monorel ini bisa sepanjang enam gerbong dan mengangkut 768 penumpang dengan konsumsi listrik 1.080 kilowatt. ”Biaya pembangunan monorel ini, termasuk infrastruktur sebesar Rp 150 miliar per kilometer,” kata Kusnan.

Namun monorel buatannya ini masih perlu diujicobakan keandalannya. Untuk itu dibutuhkan trek sepanjang dua kilometer dengan lintasan lurus sepanjang minimal 600 meter.

”Kami memiliki lahan yang cukup luas, namun tidak cukup panjang untuk lintasan lurus 600 meter,” kata Kusnan dalam paparannya di bengkel kerjanya, di Cibitung, Bekasi, Senin (11/2/2013).

Hadir dalam pemaparan itu Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun, dan Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Marzan A Iskandar. Selain itu hadir pula Masyarakat Transportasi Indonesia dan pengamat transportasi lainnya.

Menanggapi pemaparan Kusnan, Bambang Susantono mengatakan, telah menerima dua proposal untuk pembuatan monorel. ”Akan segera dibuat standar agar keamanan dan ketahanan moda angkutan ini. Namun kami masih memerlukan waktu untuk pembuatan peraturan dan standar itu. Mudah-mudahan tahun ini bisa diselesaikan,” kata Bambang.

Sementara itu, Alex Retraubun mengungkapkan kegembiraannya karena produk MBW memakai 80 persen produk lokal. Diharapkan, semua produk yang dipakai memiliki Standar Nasional Indonesia (SNI). ”Demikian juga dengan monorelnya. SNI akan menjadi proteksi terhadap pemakainya,” tegas Alex.

Marzan mengatakan, BPPT telah memikirkan hal ini dan telah menyiapkan trek untuk uji coba monorel. ”Kami punya lahan yang sangat luas di Serpong. Sekarang sedang disiapkan. Trek uji coba ini penting karena monorel akan dipakai di banyak tempat di Indonesia,” kata Marzan

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Tundjung Inderawan mengatakan, telah ada tujuh proposal pembuatan monorel, yakni pembuatan monorel di Jakarta (3 rute), Bandung, Palembang, Makassar, Tangerang.

”Palembang sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Korea,” kata Tundjung.

Menurut Tundjung, monorel bisa berkembang baik asalkan ditempatkan di kawasan-kawasan yang tepat dan tidak tumpang tindih dengan moda transportasi massal lainnya. ”Saat ini konsorsium badan usaha milik negara akan membangun monorel Bekasi Timur-Cawang dan Cibubur-Cawang serta Cawang-Kuningan. Jalur-jalur itu tidak akan bertumpuk dengan MRT dan justru ke depannya akan dibuat terintegrasi,” kata Tundjung.

Dalam pemaparan itu juga diujicobakan sebuah gerbong monorel yang sudah selesai dibuat. Monorel itu bisa bergerak maju mundur, dilengkapi pendingin udara, dan mampu mengangkut 128 penumpang.

Konsorsium BUMN yang terdiri dari PT Adhi Karya Tbk, PT Telkom Indonesia Tbk, PT Jasa Marga Tbk, PT Len, dan PT INKA, menganggarkan Rp 8,4 triliun untuk tiga rute monorel. Dana itu akan menggunakan dana sendiri sebanyak 30 persen dan 70 persen dari bank BUMN. ”Tarif kami akan sekitar Rp 10.000-Rp 15.000,” kata Kiswo Darmawan, Direktur Utama Adhi Karya. (ARN/K06)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com