Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Keluarga Haram Lakukan "Affair" dengan Penguasa

Kompas.com - 18/02/2013, 14:57 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar pengelolaan perusahaan keluarga AB Susanto menilai banyak perusahaan keluarga, terutama yang besar memiliki kecenderungan untuk membina hubungan dekat dengan penguasa, politisi hingga partai untuk memperoleh rasa aman dalam berbisnis. Namun saat ini, pola tersebut harus diubah.

"Agar bisnis keluarga tetap berjalan, maka pola lama itu harus diubah. Sebab, berbisnis (khususnya perusahaan keluarga) dengan penguasa itu tidak akan langgeng," kata Susanto saat konferensi pers "Sikap Politik Perusahaan Keluarga di Alam Demokrasi dari Jakarta Consulting Group di Hotel Le Meridien Jakarta, Senin (18/2/2013).

Susanto menegaskan saat ini ada sekitar 195.000 perusahaan di Indonesia. Sekitar 95 persen dari jumlah tersebut adalah perusahaan keluarga. Mayoritas dari perusahaan keluarga tersebut memang masih menganut pola lama yaitu mendekati penguasa, politisi hingga partai politik untuk mendapatkan rasa aman dalam berbisnis.

Bahkan hal ini juga berlaku di daerah hingga pusat, dari perusahaan keluarga dengan skala kecil hingga skala besar. Padahal, kata Susanto, di era demokrasi seperti saat ini, perusahaan keluarga juga harus dijalankan secara penuh transparan dan akuntabel serta dengan penuh tanggung jawab untuk menjalankannya.

"Di alam demokrasi ini, popularitas dan kekuatan seorang penguasa, politisi maupun sebuah partai dapat naik turun secara relatif cepat. Selain itu, juga tidak dapat dalam posisi untuk dapat melindungi seseorang atau institusi yang melakukan kesalahan setiap waktu," tambahnya.

Apalagi, tambah Susanto, di masa mendatang kondisi perpolitikan di tanah air akan terus memuncak. Serta akan menimbulkan kemelut yang lebih tinggi. Daripada mengarahkan dana atau investasi untuk membina hubungan dengan penguasa, politisi atau partai tersebut, Susanto menyarankan agar dana itu dialihkan ke peningkatan profesionalisme bisnis hingga tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR).

"Ini justru yang bagus, ini akan melanggengkan bisnis keluarga tersebut sendiri," tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com