Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Properti Naik tak Terkendali

Kompas.com - 22/02/2013, 12:22 WIB
Abun Sanda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Harga properti di DKI Jakarta dan sekitarnya terus menanjak seiring dengan masih jauh lebih tingginya permintaan daripada pasokan. Kenaikan harga tersebut beberapa bulan terakhir makin tidak terkendali, dan makin menyulitkan pembeli rumah.

 

Kalau dibuat perbandingan dengan tiga tahun silam, harga properti seperti rumah, apartemen, dan ruko melonjak antara 50 persen sampai 200 persen.

Demikian pantauan Kompas.com dari penjualan beberapa pengembang hari Jumat (22/2).

 

Perumahan Green Permata di Jakarta Barat dengan ukuran lebih kurang 150 meter misalnya, awal tahun lalu hanya Rp 1,4 miliar. Kini kendati rumah-rumah yang dibangun belum selesai sudah dikejar para peminat rumah. Para peminat ini menawar paling sedikit Rp 3,2 miliar per unit.

Menariknya, kendati penawaran ini cukup menggetarkan, tidak ada pemilik rumah yang bersedia melepas rumahnya. Mereka menyatakan kepada Kompas.com bahwa mereka sangat menyadari bahwa tiga tahun lagi, harga rumah tersebut bisa saja sudah mencapai 5,2 miliar per unit. "Bayangkan Rp 5,2 miliar rupiah," ujar Ray Senoadji, seorang pemilik rumah.

 

Di kawasan Serpong lain lagi ceritanya. Siapa saja yang memiliki rumah di Bumi Serpong Damai, Alam Sutera, dan Summarecon Serpong akan menikmati keuntungan karena harga rumah dan rumah toko (ruko) yang melonjak luar biasa.

 

Asun, seorang pemilik ruko di Summarecon Serpong mengatakan, beberapa tahun lalu ia membeli ruko seharga Rp 1,2 miliar, kini rukonya ditawar calon pembeli seharga Rp 5,1 miliar. "Saya bahkan tidak pernah mimpi akan memiliki asset Rp 5,1 miliar. Kalau ruko ini saya tahan beberapa tahun lagi, harganya pasti makin berkibar."

 

Eksekutif dari Summarecon Serpong S Benjamin mengatakan, ia sendiri tidak menyangka harga ruko akan naik secepat itu. Menurut Benjamin, harga rumah di kawasan perumahan Summarecon Serpong juga melonjak luar biasa. Ini terjadi di antaranya karena Serpong tumbuh menjadi kawasan hunian dan bisnis yang sangat menjanjikan.

"Orang-orang dengan kemampuan ekonomi biasa dan luar biasa tinggal di kawasan ini," ujar Benjamin beberapa waktu lalu.

 

Sejumlah perumahan yang bertetangga dengan BSD, Alam Sutera, dan Summarecon Serpong juga menikmati lonjakan harga ini. Kendati tidak sehebat lonjakan harga di perumahan-perumahan besar tersebut, kenaikan harga di perumahan tetangga perumahan besar cukup signifikan.

 

Bagi kelompok ekonomi menengah ke bawah, kondisi ini tentu tidak menguntungkan. Harapan yang timbul di kalangan mereka adalah pemerintah bersedia membangun rumah susun murah meriah untuk menampung mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Pasca Akuisisi BPR, KoinWorks Fokus Inovasi dan Efisiensi Tahun Ini

Whats New
Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com