Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Urutan Ke-100, Inovasi Indonesia Jauh di Bawah Singapura

Kompas.com - 06/03/2013, 07:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia menempati urutan ke-100 dalam indeks inovasi global pada 2012. Posisi ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan Singapura yang berada di urutan ke-3, Malaysia ke-32, dan Thailand ke-57.

”(Indeks) Ini merupakan kombinasi dari masukan berupa kemampuan sumber daya manusia, riset-pengembangan, dan lain-lain, juga keluaran berupa kemampuan menghasilkan produk yang dapat diserap pengguna,” kata Wakil Rektor Institut Pertanian Bogor Anas M Fauzi, di Jakarta, Selasa (5/3/2013).

Anas memaparkan hal tersebut dalam seminar yang digelar Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kamar Dagang dan Industri Indonesia. Seminar tersebut bertema Inovasi untuk Pemberdayaan Usaha di Daerah.

Menurut Anas, rendahnya posisi Indonesia dalam indeks inovasi global ini menunjukkan perlunya perhatian serius di sisi hulu, terutama terkait dukungan anggaran kegiatan riset dan pengembangan.

Berdasarkan laporan Bank Dunia, alokasi anggaran riset dan pengembangan di Indonesia pada 2008 hanya 0,08 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Sebagai perbandingan, pada tahun yang sama, Jepang mengalokasikan 3,45 persen dari PDB untuk kegiatan riset dan pengembangan.

Anas menuturkan, masalah lain yang dihadapi dalam mengimplementasikan inovasi di Indonesia adalah ketidakselarasan antara penyedia dan kebutuhan pengguna.

Terkait hal ini, Ketua LP3E Kadin Indonesia Didik J Rachbini mengingatkan perlunya solusi untuk menjembatani melimpahnya hasil inovasi agar dapat terserap dan dimanfaatkan oleh dunia usaha.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Koperasi Erwin Aksa mengatakan, pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan pihak pertama yang akan terkena dampak akibat kekalahan daya saing menghadapi produk impor.

”Ini menjadi catatan bagi Kadin untuk terus mengupayakan peningkatan kapasitas dan efisiensi UKM Indonesia, terutama menghadapi pasar tunggal ASEAN 2015,” kata Erwin.

Erwin menuturkan, semua pihak perlu terus mendorong inovasi agar dapat diterima dan diimplementasikan oleh pelaku UKM untuk meningkatkan daya saing. (CAS)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com