Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentara Gelar Karya Anyaman Tercanggih di Dunia

Kompas.com - 22/03/2013, 15:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com--Yayasan Lontar dan Yayasan Bhakti Total Bagi Indonesia punya hajat besar minggu depan dengan menggelar peristiwa seni dan budaya berjudul "Seni Anyam; Adi Kriya Kalimantan" di Bentara Budaya Jakarta tanggal 27 Maret hingga 7 April 2013.

Seperti diketahui, Pulau Borneo termasuk Kalimantan memiliki tradisi seni anyaman yang terkaya, terindah, tercanggih, dan paling beragam di dunia, yang timbul baik dari sejarah budaya yang rumit di pulau itu, maupun dari kreativitas dan keahlian masyarakatnya. Hampir semua teknik anyam yang terdapat di seluruh dunia, diketahui ada di wilayah ini karena tradisi menganyam adalah ekspresi kreatif utama Kalimantan. Banyak daerah di pulau ini telah mengembangkan kesempurnaan yang khas, baik dalam mutu teknik maupun kepiawaian desain.

Nah, beragam karya adiluhung itu akan digelar untuk penikmat seni. Tak cuma itu, para seniman dan juga budayawan yang berkait dengan seni anyaman juga akan memberikan workshop sepanjang pameran berlangsung. Beberapa di antaranya adalah:
1. Valerie Mashman, datang dari Inggris  ke  daerah pedalaman Serawak pada tahun 1980 dan menetap disana sampai sekarang. Valerie akan menjelaskan tentang keunikan dan kegunaan kerajinan anyaman dari Penan.
2. Junita Arneld Maiullari, seorang collaborator ilmiah untuk Museum Kebudayaan Lugano di Swiss. Junita akan berbicara mengenai kisah topi upacara ‘Ngaju’, sesuatu yang sudah sangat langka sekarang.
3. William Wongso, pakar kuliner Indonesia, juga pemilik restoran ternama, konsultan makanan, kritikus dan pebawa acara serial televisi populer. William akan berbicara mengenai ke-khas-an kuliner Kalimantan, sekaligus demo memasak makanan unik ini.
4. Dr. Pindi Setiawan, Penjelajah gua-gua prehistoric Kalimantan, yang sudah lebih dari 20 tahun berkecimpung di dunia gambar illiteratepeople, seperti gambar-prasejarah, gambar anak, gambar tradisional, gambar sukupedalaman.
5. Korrie Layun Rampan, sastrawan kawakan yang telah memenangkan lebih dari 16  gelar, yang akan berbicara tentang ‘Warna-warni Sastra Kalimantan’ yang beragam, berdasarkan budaya kepercayaan yang berbeda-beda.
6. Yori Antar, arsitek ternama yang akan membicarakan Arsitektur Kalimantan, rumah-rumah tradisional dan kegiatan preservasi dalam melestarikan rumah tradisional Kalimantan.
7. Adhi Nugraha, desainer dan pengajar ITB lulusan Finlandia. Bekerja dengan banyak pihak termasuk di Jerman dalam pengembangan proyek untuk industri kecil. Adhi akan memberikan ceramah menarik tentang ‘Transforming Tradition’.

Selain pameran, dalam acara ini juga akan diluncurkan buku "Plaited Arts from the Borneo Rainforest" yang dieditori oleh Bernard Sellato. Buku ini merupakan hasil riset mendalam lebih dari 20 tahun, dan merupakan buku yang paling komprehensif tentang hal itu. Dengan lebih dari 1.250 ilustrasi, termasuk foto-foto berwarna, foto-foto lama, serta peta dlsb., buku ini wajib dimiliki setiap orang yang mempunyai perhatian terhadap sektor kreatif seni anyam.

Menurut Edi Muryadi dari Yayasan Bhakti Total yang fokus pada bidang kebudayaan, pihaknya memiliki program penyelamatan anyaman atau Craft Coservation Program. Menurut Edi, anyaman khas Kalimantan sudah hampir punah, "Kami menyadari dan ingin melestarikannya. Kenapa punah? Karena kerajinan mereka dipakai untuk keperluan sehari-hari. Seiring waktu, muncul barang-barang dari plastik yang membuat kerajinan mereka tersingkir, sementara generasi muda sudah malas. Akhirnya kami melestarikannya dengan jalan mencari pengrajin dan menyelenggarakan workshop. Sekarang mereka mulai memproduksi kembali barang anyaman itu. Produksinya kami beli dan pasarkan.

Tentang tersingkirnya kerajinan anyaman, Ika dari Bentara Budaya menambahkan, "Sekarang ini rotan sudah banyak yang terbakar, jauh dan susah didapat. Inilah yang menjadi penyebab menghilangnya karya anyaman kalimantan. Disamping penganyamnya yang telah berusia lanjut dan jarangnya generasi muda yang tertarik pada seni anyaman.

Sementara John Mc Glynn, pendiri Yayasan Lontar yang terlibat dalam penyiapan buku yang akan dirilis bersama pameran tersebut mengatakan,  buku tersebut merupakan contoh riil kepada pemerintah dan lembaga-lembaga swasta untuk mengerjakan hal yang sama dengan apa yang telah dikerjakan oleh Yayasan Lontar."Masih banyak karya budaya yang belum didokumentasikan. ke dalam buku."

John menambahkan, "Di dalam buku tersebut tidak ada satu foto karya fotografer profesional pun, melainkan hasil karya peneliti sejak awal abad 20. Sehingga foto-fotonya sudah berjamur dan terpaksa kami perbaiki dengan cermat."

John mengungkap, buku ini ditulis oleh 20 dan 3 pakar. "Esay yg ditulis hanya 60 persen dari isi buku, editornya yang melengkapi kekurangannya."

Menurut John, secara tidak resmi, buku ini sudah diluncurkan di Kuching dan Paris. Sayangnya, menurut Widiantoro yang menjadi kurator acara ini, tidak ada satu pun penulis senirupa yang terlibat di dalam buku tersebut. Padahal, imbuh Widiantoro, banyak karya senirupa pada karya anyam Kalimantan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com