Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manfaat dan Kegunaan IHSG

Kompas.com - 14/04/2013, 02:39 WIB

ADLER HAYMANS MANURUNG

Tulisan dua minggu lalu telah menjelaskan bagaimana menghitung Indeks Harga Saham Gabungan serta mengapa indeks tersebut perlu dihitung. Adapun IHSG digunakan untuk melihat perubahan harga saham secara keseluruhan di pasar. Kenaikan dan penurunan harga saham di bursa dapat dilihat dari penurunan dan kenaikan IHSG.

Apabila IHSG sebesar 4.937,423; 4.899,325; dan 4.925,215 selama tiga hari berturut-turut, ada penurunan harga 38,098 poin dari hari kedua terhadap hari sebelum dan terjadi kenaikan 25,890 poin dari hari kedua ke hari ketiga. Harus diingat bahwa kenaikan IHSG atau penurunan IHSG bukan menyatakan seluruh harga saham yang tercatat di bursa mengalami kenaikan atau penurunan. Kenaikan IHSG tersebut menyatakan bahwa harga saham yang tercatat di bursa tersebut cenderung mengalami kenaikan lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami penurunan.

Demikian juga IHSG yang turun menyatakan penurunan harga cenderung lebih banyak dan lebih besar daripada harga saham yang mengalami kenaikan. Artinya investor yang melihat IHSG mengalami kenaikan belum tentu harga saham yang sedang portofolionya mengalami kenaikan. Bisa jadi IHSG yang sedang naik di mana harga saham yang dalam portofolionya mengalami penurunan dikarenakan saham-saham yang dalam portofolionya adalah saham-saham yang harganya turun pada pasar dan pada perhitungan IHSG.

Perkembangan harga saham

IHSG dapat dipergunakan melihat perkembangan harga saham dari waktu ke waktu atau dari sejak IHSG tersebut dihitung. IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) dihitung mulai Agustus tahun 1982 dengan nilai 100 dan saat ini IHSG telah mencapai 4.950, beberapa hari yang lalu. Artinya IHSG BEI telah mengalami kenaikan 48,5 kali dari nilai awal (dasar) dari IHSG.

Melihat waktu yang cukup panjang bisa dikatakan harga saham di bursa pasti mengalami kenaikan dan penurunan. Namun, IHSG tersebut tidak menyatakan bahwa harga saham yang dicatatkan pada tahun 1982 telah naik 48,5 kali sampai pada IHSG tersebut. Jika ditelusuri, ada harga saham di BEI yang telah naik sebesar kenaikan IHSG tersebut. Ada juga harga saham yang tidak banyak berubah dari harga semula atau harga IPO. Salah satu contoh, harga saham Astra Internasional yang dijual pada harga IPO tahun 1990 dengan nilai Rp 14.850. Sebelumnya saham ini di -split pernah mencapai harga tertinggi Rp 69.950. Sebuah angka yang cukup fantastis. Jika diperhatikan secara seksama, harga tertinggi bisa lebih besar. Walaupun saat ini harga sahamnya sekitar Rp 7.700 atau lebih rendah daripada harga IPO, bila dilakukan penyesuaian, harga saham ASII sudah jauh di atas harga IPO.

Kita juga bisa melihat harga saham BCA yang dijual pada saat IPO dengan harga Rp 1.400 pada Mei 2000. Saat ini harga saham BCA yang ditransaksikan di bursa sudah mencapai Rp. 10.600 per saham di mana saham ini telah melakukan beberapa kali stok split (pemecaham saham). Akibatnya, harga saham ini mengalami kenaikan yang cukup besar, tetapi belum bisa dikatakan kenaikannya melebihi kenaikan IHSG.

Demikian juga Dow Jones Index yang dihitung untuk melihat perkembangan harga saham di Bursa New York. Indeks Dow Jones dengan metode perhitungan rata-rata tertimbang harga 30 saham dimulai pada tahun 1890 dan pada 5 April telah mencapai level 14.565 atau telah terjadi kenaikan 144,65 kali. Namun, jika ditelusuri, tidak semua saham di bursa New York pada kenaikan Indeks Dow Jones tersebut.

Patokan portofolio

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com