Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/04/2013, 14:34 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Rencana pemerintah yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tidak akan mengganggu industri, khususnya sepeda motor dan mobil. Sampai saat ini, industri dipastikan aman dari dampak kenaikan harga BBM bersubsidi.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, industri otomotif masih dapat mengelola biaya produksi dari dampak rencana kenaikan harga BBM tersebut.

"Kalau harga BBM bersubsidi naik sekitar Rp 6.500 per liter, dampak ke industri masih kecil dari biaya produksinya, masih managable," kata Hidayat saat ditemui seusai Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional di Hotel Bidakara, Selasa (30/4/2013).

Hidayat menambahkan, rencana kenaikan harga BBM bersubsidi diperkirakan juga tidak akan mengganggu industri usaha kecil dan menengah (UKM). Sebab, besaran kenaikan harga BBM tersebut dinilai belum signifikan. Namun, kata Hidayat, pemerintah mengantisipasi bahwa rencana kenaikan harga BBM ini justru akan menyebabkan kenaikan harga bahan-bahan pokok serta harga barang lainnya.

"Yang ditakutkan adalah harga (barang) naik sebagai imbas psikologis kenaikan harga BBM," tambahnya.

Namun, lanjut Hidayat, sebenarnya kenaikan harga BBM ini ke depan juga diperkirakan akan turun kembali. Hal ini akan sesuai dengan penawaran dan permintaan harga minyak dunia.

Berita terkait dapat dibaca dalam topik: Subsidi BBM untuk Orang Kaya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Dorong Kemandirian Ekonomi, Malaysia Riilis Kebijakan 'Malaysia First'

    Dorong Kemandirian Ekonomi, Malaysia Riilis Kebijakan "Malaysia First"

    Whats New
    Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga Bulan Depan

    Relaksasi HET Beras Premium Diperpanjang hingga Bulan Depan

    Whats New
    Tahan Laju Utang Non-Bank, China Naikkan Modal Minimum Perusahaan Pembiayaan 3 Kali Lipat

    Tahan Laju Utang Non-Bank, China Naikkan Modal Minimum Perusahaan Pembiayaan 3 Kali Lipat

    Whats New
    'Food Estate' dan 'Contract Farming' Jauh dari Kedaulatan Pangan

    "Food Estate" dan "Contract Farming" Jauh dari Kedaulatan Pangan

    Whats New
    Kementan Percepat Pompanisasi di Lamongan untuk Optimasi Lahan Rawa hingga Tingkatkan IP

    Kementan Percepat Pompanisasi di Lamongan untuk Optimasi Lahan Rawa hingga Tingkatkan IP

    Whats New
    BKN: Pemindahan ASN ke IKN Bukan Pemaksaan, tapi Kewajiban

    BKN: Pemindahan ASN ke IKN Bukan Pemaksaan, tapi Kewajiban

    Whats New
    China dan Selandia Baru Perkuat Kerja Sama Ekonomi, Ada Apa?

    China dan Selandia Baru Perkuat Kerja Sama Ekonomi, Ada Apa?

    Whats New
    Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran Bansos Melonjak Tajam di Awal 2024

    Sri Mulyani Sebut Realisasi Anggaran Bansos Melonjak Tajam di Awal 2024

    Whats New
    3 Langkah IFG Dukung Transformasi Sektor Keuangan Non-bank

    3 Langkah IFG Dukung Transformasi Sektor Keuangan Non-bank

    Whats New
    Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga untuk Pertama Kali dalam 17 Tahun

    Bank Sentral Jepang Naikkan Suku Bunga untuk Pertama Kali dalam 17 Tahun

    Whats New
    Erick Thohir Usul 7 BUMN Dapat PMN Rp 13,6 Triliun Tahun Ini

    Erick Thohir Usul 7 BUMN Dapat PMN Rp 13,6 Triliun Tahun Ini

    Whats New
    Baru 2.430 ASN yang Siap Dipindahkan ke IKN

    Baru 2.430 ASN yang Siap Dipindahkan ke IKN

    Whats New
    16 Smelter Mineral Bakal Dibangun pada 2024, Nilai Investasinya Rp 183 Triliun

    16 Smelter Mineral Bakal Dibangun pada 2024, Nilai Investasinya Rp 183 Triliun

    Whats New
    Redesain Logo BTN Menuju Era Digitalisasi

    Redesain Logo BTN Menuju Era Digitalisasi

    Whats New
    Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

    Marak Bus Bodong, Pengusaha Otobus Imbau Masyarakat Waspada Pilih Angkutan untuk Mudik Lebaran

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Lengkapi Profil
    Lengkapi Profil

    Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com