Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Noviyanto, Menjamin Suplai Susu Lewat Koperasi (2)

Kompas.com - 03/05/2013, 10:30 WIB

KOMPAS.com - Pabrik keju Indrakila yang dirintis Noviyanto di Boyolali mulai menunjukkan hasil. Meski belum maksimal, setidaknya bisa menampung sebagian susu sapi perah warga yang kerap terbuang.

Dia harus berjibaku saat merintis usaha keju. Pria lulusan arsitektur dari Universitas Muhammadiyah Solo ini butuh tiga tahun hingga kejunya benar-benar bisa komersial dan mendapat lisensi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Sejatinya, tekad kuat mendirikan pabrik keju juga dilatarbelakangi keterlibatan Noviyanto sebelumnya di  Lembaga Donor Pemerintah Jerman bernama Deutscher Entwicklungsdient (DED). Lembaga ini masuk Boyolali untuk pelatihan bagi peternak soal pemanfaatan susu.

Noviyanto menjadi asisten seorang ahli produksi olahan susu dari DED yang bernama Benjamin Siegl. "Lantaran terus mengikuti kegiatan Benjamin, saya banyak belajar cara mengolah susu menjadi keju," kisahnya.

Selepas tugas DED pada 2009, Noviyanto bertekad merintis pabrik susu di Boyolali. Dengan tambahan modal dari 19 rekannya, ia mendirikan pabrik keju Indrakila. Ketika itu, modal yang terkumpul Rp 500 juta.

Dari 20 investor pendiri pabrik keju Indrakila, Noviyanto pemegang modal terbesar. Maka, pembagian pendapatan dari pabrik keju pun menggunakan sistem bagi hasil antar investor.

Asal tahu saja, ia bersama 19 rekannya tergabung dalam Forum for Economic Development and Employment Promotion (Fedep) Boyolali yang aktif mengembangkan potensi pertanian dan industri di Boyolali.  Fedep telah mendirikan Koperasi Simpan Usaha (KSU) Boyolali dan beranggotakan 25 peternak dari Desa Karangjati, Boyolali.

Lewat koperasi, Noviyanto saban hari mendapat suplai susu segar. Lewat koperasi pula, ia berupaya menekan fluktuasi harga susu segar hasil para peternak. "Sebelum ada KSU,  harga susu bergantung pabrik," tuturnya.

Selama ini, Noviyanto membeli susu segar dari peternak Rp 4.000 per liter. Ia mengklaim, harga beli ini di atas harga pabrik, yakni rata-rata Rp 3.000 per liter. Tiap hari, 500 liter susu dipasok ke pabrik keju Indrakila.

Namun, belakangan bapak dua anak ini dihadapkan pada persoalan baru. Susu berkualitas baik jarang didapat. Soalnya, para peternak sapi meminta harga beli tinggi. “Kami kesulitan. Di saat bersamaan,  pabrik susu berani membeli dengan harga lebih tinggi," bebernya.

Noviyanto bilang, kenaikan harga ini sebenarnya bukan hanya  menyulitkan dirinya, tetapi juga merepotkan peternak. Sebab, pabrik susu tidak wajib membeli susu dari peternak karena bisa meraih suplai dari berbagai tempat. "Saat tidak butuh, pabrik tidak beli, jika produksi melimpah, harga pun jatuh," katanya.  (Noor Muhammad Falih/Kontan)
Bersambung ke
Noviyanto, Ciptakan Keju Boyolali Rasa Italia (3)
Baca sebelumnya:
Noviyanto, Juragan Keju Lokal dari Boyolali (1)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Pengusaha Harap Putusan MK soal Pilpres Dapat Ciptakan Iklim Investasi Stabil

Whats New
IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

IHSG dan Rupiah Kompak Menguat di Akhir Sesi 23 April 2024

Whats New
Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Rupiah Diramal Bisa Kembali Menguat di Bawah Rp 16.000 Tahun Ini

Whats New
Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Bagaimana Prospek IPO di Indonesia Tahun Ini Usai Pemilu?

Whats New
Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Harga Makanan Global Diperkirakan Turun, Konsumen Bakal Lega

Whats New
Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Laba Bersih Astra Agro Lestari Turun 38,8 Persen, Soroti Dampak El Nino

Whats New
Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Naik, Pemerintah Tetapkan Harga Acuan Batu Bara hingga Emas April 2024

Whats New
Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Alasan Mandala Finance Tak Bagi Dividen untuk Tahun Buku 2023

Whats New
Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Efek Panjang Pandemi, Laba Bersih Mandala Finance Turun 35,78 Persen

Whats New
Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Heboh soal Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta, Cek Ketentuannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com