Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Noviyanto, Ciptakan Keju Boyolali Rasa Italia (3)

Kompas.com - 03/05/2013, 11:37 WIB

KOMPAS.com  Setelah sukses menghasilkan tiga jenis keju yang sudah dipasarkan secara ritel, Noviyanto tak berhenti di situ. Ia terus mencoba berinovasi demi menghasilkan varian keju lainnya. Terlebih lagi, ia menargetkan omzet tahun ini bisa dua kali lipat dari tahun lalu.

Alhasil, pada 2010, ia berhasil mengembangkan keju terbaru, varian dari keju asal Italia. Ia menamakannya boyobert, singkatan dari boyolali-bert. "Ini rasanya sama dengan keju Italia, camembert," klaim bapak dua anak ini.

Seperti keju lainnya yang sudah lebih dahulu diproduksi pabrik keju Indrakila, boyobert mendapat tanggapan positif dari para pelanggan, terutama kalangan ekspatriat.

Memang, sejak awal merintis pabrik keju, Noviyanto membidik kalangan ekspatriat. Maklum, ia punya banyak kenalan ekspatriat setelah menjadi asisten Benjamin Siegl, ahli produksi susu dari lembaga donor Pemerintah Jerman, Deutscher Entwicklungsdient (DED), yang ditugaskan di Boyolali sejak 2007 sampai 2009.

Terlebih lagi, kalangan ekspatriat terlihat lebih menyukai keju lokal karena rasanya lebih segar, berbeda dengan masyarakat lokal yang lebih menggandrungi keju impor.

Noviyanto bercerita, ketika awal memproduksi keju, ia tak segan bertanya kepada beberapa kaum ekspatriat yang ia kenal. Awalnya, ia memberi mereka untuk mencicipi keju buatannya. "Saya tanya ke mereka kurang apa, jadi bisa saya perbaiki. Kemudian, mereka mengenalkan banyak ekspatriat lain ke saya, misalnya pengusaha resto di Bali," kenangnya.

Bukan hanya berhasil mendapat rasa keju yang pas, cara tersebut pun membuka jalan bagi pemasaran produknya. Misalnya, ekspatriat di Bali kini menjadi salah satu pelanggan tetapnya.

Kata Noviyanto, keju buatan pabrik Indrakila disukai ekspatriat karena rasanya setara dengan keju buatan Eropa. Ia mengklaim, rasa yang pas itu didapat lantaran menggunakan bahan baku susu segar.

Bahkan, ia menerapkan empat tahapan untuk menyeleksi bahan susu segar. Pertama, susu yang baik untuk keju harus memiliki kandungan nutrisi protein dan lemak yang tinggi. Kedua, kandungan kuman harus rendah. Berikutnya, kandungan cemaran logam harus sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Terakhir, susu tidak dicampur air. "Makanya, saya bisa menghasilkan keju berkualitas tinggi," tuturnya.

Namun, seperti pebisnis lainnya, usaha yang digawangi Noviyanto tak lepas dari persoalan. Selain suplai susu segar berkualitas semakim mahal, ada pula kebijakan pemerintah yang mengimpit usahanya.

Ia menyayangkan kebijakan pemerintah yang mengeluarkan bea masuk 0 persen bagi keju asal Selandia Baru. Beleid ini memicu produk keju lokal lebih sulit bersaing karena harga keju asal Selandia Baru semakin murah. "Padahal, kami sulit memangkas harga jual keju lokal karena harga bahan baku berkualitas bagus kian mahal," ujarnya.

Setidaknya, demi mengamankan suplai susu berkualitas bagus, Noviyanto terus memaksimalkan para peternak anggota Koperasi Simpan Usaha (KSU) Keju Boyolali. Ia tak bosan mengingatkan para peternak supaya segera menjual susu setelah diperah. Pasalnya, susu akan berkualitas buruk, bahkan basi jika tidak diolah dalam waktu 4 jam. (Selesai) (Noor Muhammad Falih/Kontan)

Baca sebelumnya:
Noviyanto, Juragan Keju Lokal dari Boyolali (1)
Noviyanto, Menjamin Suplai Susu Lewat Koperasi (2)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com